Platform marketplace berkontribusi mendorong UMKM bersiap menghadapi pandemi.
Pandemi Covid-19 telah mengubah pola belanja masyarakat. Mereka yang tadinya lebih senang berbelanja offline, kini mulai beralih ke aplikasi daring (dalam jaringan).
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) menjadi yang paling terdampak atas perubahan pola belanja ini. Pasalnya, hingga kini masih banyak UMKM yang belum dapat menjangkau penjualan secara digital.
Data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) menunjukkan bahwa dari 64,2 juta unit UMKM di Indonesia, baru 18% atau 9,4 juta yang berjualan secara daring.
Minimnya pemanfaatan akses digital ini membuat banyak pengusaha kecil gulung tikar. Hasil survei Asian Development Bank (ADB) pada Juli 2020 mencatat, 50% UMKM di Indonesia sudah menutup usahanya. Selain itu, 30% UMKM tercatat menghadapi kendala permintaan domestik, sekitar 20% terkendala di lini produksi, dan 14,1% harus rela menerima pembatalan kontrak.
Survei ini selaras dengan hasil riset Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada Juni 2020 lalu. LIPI memprediksi, sekitar 47,13% pelaku UMKM hanya mampu bertahan hingga Agustus 2020. Sementara 72,02% usaha lainnya diperkirakan bakal tutup setelah November mendatang.