Mengikat rezeki dari simpul tali ala makrame

Pasar global makrame terbuka luas namun UMKM terkendala proses ekspor.

Ilustrasi Alinea.id/Firgie Saputra.

Sejak berkembang di tanah air pada tahun 2015-an, seni macramé atau makrame mulai menunjukkan kepopulerannya pada sekitar tahun 2018 seiring dengan tren bohemian style yang sedang naik daun. Di mana pada style dekorasi ini, makrame menjadi salah satu ornamen penting untuk hiasan dinding.

Seniman tekstil yang fokus pada seni makrame Agnes Hansella menjelaskan, meski belum lama populer, makrame sebenarnya merupakan karya kuno yang sudah ada sejak 3.000 tahun yang lalu. 

“Makrame sebenarnya dari Arab, terus kembali lagi ngetren. Di situ mereka (pembuat makrame) mulai bikin makrame yang tadinya metode ikat jadul, sekarang diperbarui dan dimodernkan dengan pattern-pattern (pola-pola) baru,” jelasnya, saat berbincang dengan Alinea.id, beberapa pekan lalu.

Dulu, makrame banyak dibuat menggunakan tali polyester alias tali yang dibuat dengan campuran plastik, berukuran lebih kecil dan mudah dicari di pasaran. Namun, sekarang ini makrame dibuat menggunakan tali katun. Tali ini menghasilkan karya yang lebih matte dan ramah lingkungan.   

Tidak hanya itu, makrame yang sebelumnya lebih dikenal sebagai hiasan dinding, kini mulai dibuat lebih beragam. Pengrajin makrame atau yang kerap disebut macramé makers banyak pula yang mengkreasikan kriya tekstil ini sebagai dekorasi pernikahan atau backdrop, dekorasi rumah, atau keperluan lainnya.