Nasib pekerja informal yang di ujung tanduk

Lebih dari 70 juta pekerja informal rentan jatuh miskin karena dampak coronavirus.

Pemerintah menyiapkan stimulus bagi masyarakat untuk mengatasi dampak coronavirus. Alinea.id/Firgie Saputra.

Sudah sepekan terakhir, Slamet Tri Wardoyo (50), tidak mendapatkan penghasilan. Pemijat tunanetra ini tak tahu bagaimana caranya mendapatkan uang di tengah situasi sulit seperti saat ini. Panti pijat tempatnya bekerja sudah ditutup Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta sejak minggu lalu. Hal ini lantaran penerapan kebijakan social distancing demi menahan laju penyebaran coronavirus atau Covid-19.

Lelaki yang telah mengalami kebutaan sejak lulus SMA itu kini betul-betul tidak berpenghasilan. Untuk makan sehari-hari, ia hanya mengandalkan sisa-sisa uang tabungan yang ia kumpulkan dari melayani pasien pijatnya di hari-hari sebelumnya.

“Benar-benar enggak ada, mas. Benar. Enggak bohong. Buat makan juga kita irit-irit nih,” ucap Slamet kepada Alinea.id.

Di hari biasa, Slamet bisa mengantongi upah jasa pijat hingga Rp 100.000 per hari dari lima orang pasien pijat. Menurutnya, uang itu cukup untuk menafkahi istri dan dua anaknya di kampung.

Namun sekarang, dengan situasi yang semakin sulit, Slamet hanya berharap agar pemerintah bisa memberikannya bantuan berupa sembako atau uang kebutuhan sehari-hari. Bantuan itu setidaknya bisa untuk stok pangan dan kebutuhan lain seperti peralatan mandi.