Pasar obligasi global bergejolak, apa yang harus dilakukan investor?

Laju pertumbuhan ekonomi yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kredit menjadi salah satu faktor yang harus dicermati.

Ilustrasi. Pixabay

Memasuki 2022, pasar obligasi global kembali bergejolak, ditandai dengan peningkatan imbal hasil Treasury AS menjadi 1,70%. Apa penyebabnya? Normalisasi pertumbuhan ekonomi dan normalisasi kebijakan moneter menjadi tema utama pasar dunia tahun ini. Akselerasi kuat pertumbuhan ekonomi AS pada tahun 2021 disertai dengan kenaikan inflasi telah mendorong bank sentral (Fed) untuk melakukan penyesuaian kebijakan moneter. 

"Kepemimpinan kebijakan The Fed telah tumbuh semakin sulit diatur, mempercepat pemotongan menjadi $30 miliar per bulan ($20 miliar dari Departemen Keuangan dan $10 miliar dari sekuritas yang didukung hipotek) dari hanya $15 miliar per bulan sebelumnya. Selain itu, risalah rapat The Fed juga menunjukkan ekspektasi bahwa suku bunga acuan akan naik tiga kali lipat tahun ini," kata Senior Portfolio Manager, Fixed Income PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Syuhada Arief, dalam keterangan tertulisnya, Rabu (26/1). 

Padahal, langkah tersebut sudah diantisipasi pelaku pasar, terbukti dari data konsensus yang memperkirakan suku bunga tahun ini lebih dari dua kali lipat, bahkan sejak November. Fundamental yang tinggi kemungkinan akan meredakan tekanan inflasi dan menghambat rilis data ekonomi di masa depan, sehingga komunikasi bank sentral akan menjadi penting, terutama mengingat dinamika pandemi dan normalisasi ekonomi. 

Sinyal dovish akan dianggap kurang sensitif terhadap kondisi saat ini, sedangkan sinyal yang terlalu hawkish dapat membawa sentimen negatif terhadap pemulihan ekonomi dan pasar keuangan. Keseimbangan akan menjadi kunci.

Melihat kembali kekacauan 2013, dapatkah perekonomian Indonesia saat ini "menanggung" efek normalisasi The Fed?