sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Strategi investasi agar tetap cuan di tahun pemilu

Bagaimana strategi investasi agar menghasilkan cuan namun tetap aman untuk tahun pesta demokrasi 2024?

Satriani Ari Wulan
Satriani Ari Wulan Rabu, 20 Des 2023 12:09 WIB
Strategi investasi agar tetap cuan di tahun pemilu

Tahun 2023 segera berakhir. Menghadapi tahun pemilihan umum (pemilu), ketidakpastian politik dan ekonomi di tahun depan kerap menimbulkan kekhawatiran investor.

Bagaimana strategi investasi agar menghasilkan cuan namun tetap aman untuk tahun pesta demokrasi 2024?

Head of Research dan Advisory Bank Commonwealth Thadly Chandra mengatakan secara historis pemilu justru berdampak positif terhadap ekonomi. Biasanya, hajatan tersebut meningkatkan likuiditas di pasar keuangan serta aktivitas ekonomi. Kinerja bursa saham menjelang pemilu pun cenderung positif, khususnya enam bulan menjelang pemilu.

Pada pemilu tahun 2014, misalnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat kurang lebih 15% sejak Desember 2013 hingga Juli 2014, sedangkan pada pemilu tahun 2019 indeks naik sekitar 11% sejak Oktober 2018 hingga April 2019.

Selain pemilu, terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi investasi pada tahun 2024. "Yakni kondisi perekonomian global yang diperkirakan cenderung melambat, tensi geopolitik yang berlangsung di Eropa dan Timur Tengah, serta arah kebijakan moneter berbagai bank sentral dunia khususnya The Fed yang diperkirakan akan mulai memangkas suku bunga acuan pada tahun 2024," tutur Thadly, Rabu (20/12).

Thadly merekomendasikan strategi manajemen portofolio yang berimbang antara kelas aset pendapatan tetap (fixed income) dan kelas aset saham (equity) dengan metode dolar cost averaging atau akumulasi secara bertahap. Langkah itu guna menghadapi volatilitas serta risiko pasar yang diperkirakan masih tinggi.

Kelas aset pendapatan tetap diramal memberikan peluang yang menarik seiring dengan rencana pemangkasan suku bunga acuan The Fed. Bank Indonesia (BI) juga memiliki ruang untuk penurunan suku bunga acuan pada tahun 2024 jika inflasi terkendali dan nilai tukar rupiah stabil.

"Obligasi dapat dijadikan opsi diversifikasi investasi yang risikonya lebih rendah, namun dengan yield yang relatif stabil dan tetap memberikan return yang menarik," tuturnya.

Sponsored

Sedangkan kelas aset saham juga memiliki peluang yang menarik dengan pertimbangan kondisi fundamental makro ekonomi Indonesia yang solid, inflasi yang terkendali, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang di atas 5% untuk tahun 2024, dan juga aktivitas ekonomi yang diperkirakan meningkat sebagai dampak dari pemilu. Selain itu berdasarkan valuasi price earning ratio (PER) IHSG juga menarik di kisaran 15,4x.

"Investor sebaiknya terus memperhatikan perkembangan pasar terkini terkait tensi geopolitik yang masih terus berlangsung, perlambatan ekonomi global yang berpotensi memicu resesi, serta arah kebijakan moneter berbagai bank sentral khususnya the Fed," kata Thadly. "Selain itu sebaiknya investor juga menyesuaikan dengan profil risiko serta tujuan dan jangka waktu investasi untuk mengoptimalkan portofolio."

Sektor yang menarik

Senior Portfolio Manager, Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, Caroline Rusli menyebut prospek perekonomian domestik masih baik. Di tengah ancaman perlambatan ekonomi global dan turunnya suku bunga The Fed, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada tahun 2024 diperkirakan tetap stabil didukung oleh potensi meningkatnya belanja kampanye menjelang pilpres di bulan Februari dan pilkada serentak di bulan November.

Pesta demokrasi disebut dapat membantu memulihkan daya beli masyarakat, khususnya masyarakat bawah, melalui pencairan subsidi sosial yang lebih masif. Dari sisi inflasi, berlalunya dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dan sinergi pengendalian inflasi antara BI dan pemerintah baik pusat maupun daerah akan membuat inflasi tetap terkendali dan rendah.

"Potensi peralihan kebijakan moneter global yang lebih akomodatif di tahun depan membuka peluang bagi BI untuk menjadi lebih akomodatif," ujarnya.

Latar belakang makro yang lebih positif bagi dunia investasi menjelang peralihan kebijakan moneter global ke arah yang lebih akomodatif pada tahun 2024 disebut memberikan katalis positif. Hal itu dapat membuka peluang valuasi saham dihargai lebih tinggi. Potensi pemangkasan suku bunga, stabilitas rupiah dan meningkatnya aktivitas perekonomian ditopang oleh distribusi belanja kampanye diprediksi menjadi katalis yang dapat mendorong pasar saham Indonesia menguat lebih lanjut. 

"Optimisme terhadap peningkatan aktivitas perekonomian pada tahun pemilu dan kondisi moneter yang lebih akomodatif diharapkan dapat memperbaiki konektivitas antara makro domestik yang baik dan aliran likuiditas ke pasar saham Indonesia. Pertumbuhan pendapatan perusahaan diperkirakan masih tumbuh dengan kecepatan yang relatif sehat pada tahun 2024," tuturnya.

Kendati demikian, ada sejumlah risiko yang patut diwaspadai. Dari global, jika penurunan suku bunga acuan The Fed lebih disebabkan oleh kemungkinan terjadinya resesi ekonomi, maka bisa terjadi flight to safety pada dolar AS sehingga rupiah juga tidak langsung mendapatkan keuntungan dari pemangkasan suku bunga yang dilakukan oleh The Fed. 

Kemudian, adanya keterbatasan fiskal Amerika Serikat (AS) dalam menopang perekonomian, di mana sekitar 20% dari pertumbuhan PDB riil AS ditopang oleh belanja pemerintah yang berisiko mencapai limit maksimum pada bulan Januari atau Februari 2024. Apalagi, untuk mengimbangi dampak kenaikan suku bunga yang tinggi – hingga mencapai 525 basis poin sejak Maret 2023 – pemerintah menggelontorkan belanja yang dibiayai oleh utang sehingga defisit fiskal terus bertumbuh tinggi.

Dari dalam negeri, daya beli masyarakat segmen bawah dan menengah ke bawah dengan biaya hidup terus melonjak dan tingkat yang lebih besar. "Bantuan sosial berupa beras dan uang tunai jelang pilpres diharapkan dapat membantu menopang perekonomian dalam jangka pendek," tuturnya. 

Selain itu, terdapat risiko meningkatnya tensi risiko geopolitik. 

Dengan kondisi tersebut, terdapat beberapa sektor yang berpotensi positif. Yakni, communication services. Menurut Caroline, sektor defensif ini diuntungkan dengan situasi persaingan yang kondusif, karena operator dapat menaikkan harga dan mendapatkan keuntungan dari dana kampanye pemilu serta potensi konsolidasi antar pemain, sehingga diperkirakan persaingan perang tarif akan terus mereda.

Lalu, sektor financials. Perbankan besar diprediksi tetap bisa mendapatkan funding dengan biaya bunga yang rendah di tengah mengetatnya likuiditas.

Sektor lain adalah green energy yang menangkap pertumbuhan struktural di bidang energi terbarukan. "Transisi menuju era dekarbonisasi menguntungkan bagi Indonesia yang kaya akan komoditas yang digunakan dalam teknologi energi baru terbarukan," katanya. 

Berita Lainnya
×
tekid