Pengamat minta pejabat tidak sembarangan komentari rupiah

Akan lebih baik jika BI saja yang mengeluarkan statemen mengenai Rupiah.

Petugas menghitung uang pecahan US$ di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Selasa (4/9)./AntaraFoto

Fluktuasi nilai tukar Rupiah yang sempat merosot hingga Rp15.000 telah menjadi perbincangan hangat di masyarakat, bahkan sampai ke dunia maya.

Ekonom Institue for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adhinegara, menjelaskan, fluktuasi nilai tukar Rupiah juga disebabkan statemen pemerintah maupun pihak-pihak yang tidak berkompeten. 

"Komentar soal Rupiah sosial media berpotensi membuat sentimen menjadi negatif," jelas Bhima saat ditemui di Jakarta, Sabtu (8/9). 

Di sisi lain, pemerintah, lembaga kebijakan moneter dan perbankan, seperti Bank Indonesia (BI) hingga Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga kerap melontarkan pernyataan yang seharusnya tidak perlu diutarakan kepada publik. Meskipun sebenarnya hal tersebut memang terjadi. 

Misalnya saja, saat Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan keuntungan penerimaan negara disaat pelemahan Rupiah. Juga Gubernur Bank Indonesia pernah mewanti-wanti Rupiah akan kembali bergejolak dan adanya strest test hingga Rp20.000 per US$.