Pengembangan B100 berpotensi tingkatkan deforestasi

Komitmen kedua capres patut dipertanyakan terkait pembangunan lingkungan hidup yang berkelanjutan.

Warga Desa Sogo mendirikan tenda saat melakukan aksi unjukrasa di lahan perkebunan kelapa sawit PT Bukit Bintang Sawit (BBS), Kumpeh, Muarojambi, Jambi, Jumat (15/2/2019). Antara Foto

Aktivis lingkungan dari Greenpece merasa kecewa terhadap kedua capres Joko Widodo dan Prabowo Subianto.  Alasannya, sebagai calon pemimpin mereka mendukung upaya pengembangan energi biodiesel atau biofuel yang sampai 100%. Upaya pengembangan tersebut berpotensi meningkatkan angka deforestasi atau penggundulan hutan.

“Capres Jokowi dan Prabowo sama-sama mendukung biodiesel ataupun biofuel dari B20 hingga ke B100. Terkait hal ini, kedua capres tidak memberikan jaminan program biofuel tanpa menggerus keberadaan hutan alam, lahan gambut dan mangrove,” kata Kepala Greenpeace Indonesia, Leonard Simanjuntak, melalui keterangan resmi yang diterima pada Senin (18/2).

Menurut Leonard, komitmen kedua capres patut dipertanyakan terkait pembangunan lingkungan hidup yang berkelanjutan. Sebab, keduanya mengabaikan potensi lain sumber energi terbarukan yang sangat besar dimiliki Indonesia yang mampu menekan porsi energi fosil pada bauran energi nasional. 

“Bahkan kedua calon mengedepankan energi yang bersumber dari kelapa sawit, yang berpotensi menambah angka deforestasi,” ujar Leo.

Berdasarkan data Hansen dari University of Maryland 2000-2017, laju penggundulan hutan yang terjadi sepanjang 2015-2017 tercatat masih mencapai 650.000 hektare. Adapun kajian Cerulogy mengungkapkan, kebijakan biofuel telah menciptakan permintaan minyak sawit sebesar 10,7 juta ton.