Pengembangan EBT di Indonesia baru 11,2%

Capaian tersebut jauh dari target 23% pada 2025 yang dicanangkan Kementerian ESDM.

Gedung Kementerian ESDM. Dokumentasi Kementerian ESDM

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, menyatakan, pengembangan energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia baru 11,2%. Capaian ini masih jauh dari target 23% pada 2025.

Karenanya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyusun Grand Strategi Energi Nasional (GSEN). Diharapkan menjadi solusi untuk tantangan ketahanan dan kemandirian energi nasional, terutama pengembangan EBT.

"Pada Grand Strategi Energi Nasional telah dipetakan rencana untuk menambah kapasitas EBT sebesar 38 gigawatt (GW) sampai tahun 2035 melalui upaya percepatan substitusi energi primer, konversi energi primer fosil, penambahan kapasitas EBT, dan pemanfaatan EBT nonlistrik dan non-BBM," ujarnya dalam webinar, Selasa (28/9).

Dirinya melanjutkan, Kementerian ESDM berupaya menaikkan porsi pemanfaatan energi baru terbarukan, khususnya pada sektor kelistrikan. Dalam pelaksanaannya, pemerintah akan mengutamakan pengembangan energi surya karena biaya investasi yang murah dan tidak memakan banyak waktu.

Arifin melanjutkan, pemerintah melakukan berbagai strategi jangka panjang untuk mewujudkan target penurunan emisi (net zero emission). Misalnya, mengembangkan EBT secara masif, mengurangi pemanfaatan fosil, pemanfaatan teknologi CCS dan CCUS, pemanfaatan kendaraan listrik, serta pengembangan interkoneksi super grid.