Penyaluran digenjot, kredit macet menghantui perbankan

Angka pertumbuhan kredit Indonesia lebih baik dibandingkan negara lain.

Ilustrasi. Foto Pixabay.

Pertumbuhan kredit terus mengalami perlambatan. Pada Agustus 2020, Bank Indonesia (BI) mencatat penyaluran kredit hanya tumbuh 0,6% atau sebesar Rp5.520,9 triliun, lebih lambat dari bulan Juli yang mencapai 1%.

Menanggapi hal itu, Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, pertumbuhan kredit yang bergerak di angka 0% hingga 3% di tahun ini sudah lebih dari cukup untuk menjaga stabilitas perbankan nasional. Pasalnya, jika kredit terus digenjot di saat aktivitas perekonomian tersendat seperti sekarang, dikhawatirkan malah akan menimbulkan kredit macet dan berdampak kepada stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan.

"Sebenarnya pertumbuhan di kisaran 0% hingga 3% itu sudah sangat baik, kalau dibandingkan dengan negara-negara lain. Jadi, kalau dipaksakan, khawatirnya malah akan ke kredit macet, ujungnya ke permodalan bank," ujarnya dalam video conference, Jumat (2/10).

Oleh karena itu, lanjutnya, dalam memberikan relaksasi dan restrukturisasi kredit, perbankan tetap menempuh langkah yang hati-hati, meskipun relaksasi tersebut merupakan dorongan dari pemerintah untuk membantu dunia usaha.

Bahkan pemerintah juga telah melakukan injeksi likuiditas dengan penempatan dana pemerintah ke Himpunan Bank Negara (Himbara) sebesar Rp30 triliun. Namun demikian, bank tetap memilih sektor-sektor tertentu yang potensial dan aman untuk dibantu.