Perkosmi: Kosmetika dalam negeri jangan sampai kalah dengan 'jastip produk impor'

Pasar kosmetika Indonesia masih terbuka luas, namun sejumlah tantangan pasar harus segera dijawab industri ini.

ilustrasi. foto Pixabay

Jumlah penduduk Indonesia menggambarkan peluang besar bagi industri apapun termasuk kosmetik. Terlebih segmen usia yang menjadi target pasarnya merupakan ceruk yang dominan. Di antara 272 jiwa penduduk hampir setengahnya adalah usia produktif.

“Jadi ini ada hubungannya dengan ketertarikan mereka menggunakan produk kosmetika, kurang lebih adalah dengan semakin sejahtera nya penduduk Indonesia. Maka kebutuhan akan produk kosmetika akan semakin meningkat, dan ini menjadi peluang untuk kami menangkapnya ” ujar Ketua Umum Persatuan Perusahaan Kosmetik Indonesia (Perkosmi), Sancoyo Antarikso.

Pasar yang besar ini tentu sebuah anugerah bagi pelaku industri kosmetika. Namun, dalam era yang sudah serba terkoneksi ini, semua pelaku industri perlu melakukan antisipasi tuntutan pasar secara cermat dan responsif. Jika tidak, bukan tidak mungkin kosmetika dalam negeri justru kalah oleh produk impor.

“Kita harus terus speed up dengan inovasi-inovasi baru yang terjadi di dunia, jangan sampai nanti peluang kita di Indonesia ini kalah dengan teman-teman yang jastip (jasa titipan) yang mereka impor dari negara tetangga,” katanya lagi.

Sancoyo yang berbicara dalam kegiatan sosialisasi Indonesia Halal Industry Award 2021 (26/10), itu mengungkapkan bahwa penjualan kosmetika melalui daring mencapai sekitar 13,3 persen. Ini menunjukkan bahwa industri kosmetika cukup menjanjikan. Bisa juga mendorong pertumbuhan ekonomi dengan menyerap banyak tenaga kerja baik yang terlibat langsung maupun tidak langsung.