Permintaan benih florikultura melonjak saat pandemi

Kementan mengizinkan ekspor 24,33 juta benih ke sejumlah negara sepanjang Januari-Juli 2020.

Budi daya florikultura. Dokumentasi Ditjen Hortikultura Kementan

Permintaan benih florikultura di pasar global melonjak saat pandemi coronavirus baru (Covid-19). Ini berdasarkan permohonan yang diterima Direktorat Jenderal (Ditjen) Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan) sejak Juni 2020 hingga kini.

"Hampir setiap hari ada saja usulan permohonan ekspor benih tanaman, terutama florikultura," kata Direktur Perbenihan Ditjen Hortikultura Kementan, Sukarman, dalam keterangan tertulis, Jumat (28/8).

Benih yang diekspor beragam, seperti bucephalandra, anubias, dracaena, krokot, ammania, aponogeton, carolina, chrysanthemum, bacopa, cabomba, blyxa, keladi, cryptocoryne, ceratophyllum, echinodorus, saintpaulia, cyperus, egeria, eriocaulo, glossostigma, dan eleocharis. Ekspor ditujukan ke Jepang, Korea, China, Singapura, Hong Kong, Jerman, Amerika Serikat, dan Inggris.

"Sejak Januari-Juli 2020, terdapat 24,33 juta benih yang kami berikan surat izin pengeluaran benih tanaman hias. Padahal hingga terhitung Mei lalu, baru mencapai 13,42 juta benih tanaman. Artinya, terdapat kenaikan hampir dua kali lipat pada periode Juni-Juli," paparnya.

Sukarman berpendapat, besarnya angka ekspor itu menunjukkan bisnis benih florikultura masih terbuka dan potensial untuk dikembangkan. Pangkalnya, berbagai lapisan masyarakat menyukai aneka tanaman hias, baik untuk mempercantik luar ruangan (outdoor) maupun dalam ruangan (indoor).