CIPS: Produksi migas harus digenjot untuk tekan defisit neraca dagang

Neraca perdagangan Indonesia mengalami fluktuasi pada kuartal I-2019.

Neraca perdagangan Indonesia terus mengalami defisit dikarenakan nilai impor migas yang terus membengkak./ Antara Foto

Neraca perdagangan migas Indonesia terus mengalami defisit dikarenakan nilai impor migas yang terus membengkak. Pemerintah diminta meningkatkan kapasitas pengolahan energi minyak dan gas (migas) di dalam negeri yang berorientasi ekspor.

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Pingkan Audrine Kosijungan menjelaskan faktor utama yang menyebabkan defisit neraca dagang yakni komoditas ekspor yang belum memiliki nilai tambah

“Terkait tingginya nilai impor migas, Indonesia masih banyak mengekspor minyak mentah, dan pada akhirnya harus kembali mengimpor komoditas yang sama setelah diolah ke dalam bentuk yang siap digunakan.” kata Pingkan, dalam keterangannya, Senin, (24/6).

Menurut Pingkan, Indonesia masih mengandalkan pasokan Liquid Petroleum Gas (LPG) untuk kebutuhan ekspor. Padahal, sebenarnya permintaan global untuk komoditas ini tidak terlalu signifikan. 

Oleh karena itu, kebijakan struktural untuk menanggapi situasi ini perlu disiapkan agar Indonesia tidak terlampau reaktif dengan gejolak perekonomian global.