RI dinilai bisa jadi leader penyediaan minyak nabati

Minyak kelapa sawit saat ini dibutuhkan oleh Uni Eropa bahkan dunia untuk mengisi kekosongan stok sunflower oil.

Minyak goreng yang berjejer pada rak-rak di salah satu supermarket yang berada di kawasan Puri, Jakarta Barat, Jumat (11/3/2022). Dok. Alinea.id/Immanuel Christian

Adjunct Professor Fox School of Business at Temple University of Philadelphia and John Cabot University Rome, Italy, Pietro Paganini, mengatakan, saat ini merupakan saat yang tepat bagi Indonesia mengambil peranan sebagai leader dalam penyediaan minyak nabati di dunia.

Terlepas dari isu domestik yang terjadi terkait minyak goreng dan pelarangan ekspor CPO serta turunannya, minyak kelapa sawit saat ini dibutuhkan oleh Uni Eropa bahkan dunia untuk mengisi kekosongan stok sunflower oil yang tidak dapat diisi oleh minyak nabati lain seperti soyabean oil, rapeseed oil maupun olive oil.

“Harus diakui bahwa Indonesia telah lebih maju dalam pembangunan kelapa sawit secara berkelanjutan, Indonesia juga telah menunjukkan kerja keras untuk mengatasi deforestasi selama 1 dekade terakhir. Oleh karena itu, akan menjadi momen yang tepat bagi Indonesia sebagai yang memegang Presidensi G20 untuk menunjukkan kepada dunia bahwa kelapa sawit yang berkelanjutan, sehat, dan aman merupakan jawaban untuk mengatasi kekurangan minyak nabati di dunia,” ungkap Paganini.

Industri kelapa sawit merupakan sektor strategis yang memiliki kontribusi yang besar dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Terutama dalam upaya pengentasan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja bagi sekitar 16 juta pekerja. Dari sisi perdagangan, sektor industri sawit juga telah memberikan kontribusi yang cukup signifikan dengan menghasilkan devisa nasional sebesar US$35,5 miliar pada 2021.

Saat ini industri sawit Indonesia menghadapi berbagai tantangan. Salah satu tantangan yang dihadapi saat ini adalah negative campaign dan kebijakan diskriminatif yang berasal dari luar negeri seperti yang terjadi di Uni Eropa.