Rupiah anjlok berbahaya bagi industri olahan

Anjloknya nilai tukar rupiah menembus Rp14.500 per dollar Amerika Serikat diperkirakan bakal berbahaya bagi pelaku industri olahan.

Petugas menghitung uang dolar Amerika Serikat di gerai penukaran mata uang Bank BTN, Jakarta, Jumat (20/7). Pada perdagangan Jumat 20 Juli 2018 nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika sempat menyentuh Rp14.545 per dolar Amerika, namun akhirnya ditutup pada level Rp14.495. / Antara Foto

Anjloknya nilai tukar rupiah menembus Rp14.500 per dollar Amerika Serikat diperkirakan bakal berbahaya bagi pelaku industri olahan.

Ketua Koordinator Gas Industri Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Achmad Widjaya mengatakan, depresiasi rupiah berbahaya bagi industri olahan lantaran sebagian besar masih bergantung pada bahan baku impor.

"Kalau kita lihat, valuta asing yang terus melambung itu berbahaya sekali untuk industri olahan. Industri kita itu impor bahan baku banyak sekali. Mulai dari lapisan industri hulu, industri intermediate dan hilir," katanya di Coffee Shop Gran Melia, Jakarta, Jumat (20/7). 

Dia menjelaskan salah satu cara agar rupiah menguat yaitu dengan cara menggenjot ekspor. Kendati demikian, hal tersebut belum bisa dilakukan karena semua bahan baku olahan Indonesia masih 70% didatangkan dari luar negeri (impor). 

"Apa yang mau diekspor, kalau bahan baku kita saja semua masih impor. Intinya, kita harus benahi dulu industri hulu ini," kata dia.