Rupiah bisa tembus Rp14.700 dalam jangka pendek

Mata uang Indonesia merosot ke level yang tak pernah tersentuh sejak Oktober 2015 , yakni di atas Rp14.600 per US$.

Karyawan menghitung mata uang Dollar AS di gerai jasa penukaran uang asing di Jakarta, Senin (13/8)./AntaraFoto

Rupiah menghadapi tekanan jual yang tinggi karena krisis ekonomi di Turki mengganggu sentimen global dan menciptakan kondisi risk-off. Kondisi risk-off mengartikan investor menghindari resiko dengan menarik dananya dengan membeli aset-aset yang lebih aman atau safe haven dan juga low yield currency seperti Yen dan dollar Amerika Serikat.

Chief Market Strategist FXTM, Hussein Sayed, mengatakan, dari aspek teknis, US$/IDR mempunyai ruang untuk menembus Rp14.700 di jangka pendek. Ini tidak terlepas dari situasi risk-off yang dipicu krisis Turki. "Mengurangi minat terhadap aset pasar berkembang," kata dia. 

Mata uang Indonesia merosot ke level yang tak pernah tersentuh sejak Oktober 2015 , yakni di atas Rp14.600 per US$. Rupiah sepertinya akan tetap tertekan karena selera risiko investor yang rendah dan Dollar yang menguat secara umum. Karena itu, menurutnya Bank Indonesia perlu mempertimbangkan meningkatkan suku bunga guna mendukung Rupiah.

Pada pembukaan sesi pagi, Selasa (14/8), Yahoo Finance mencatat Rupiah dibuka di level Rp14.597 per US$. Namun, pergerakan Rupiah cenderung berfluktuasi. Hingga pukul 14.00 WIB, Rupiah bergerak pada kisaran Rp14.593-14.630. 

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menjelaskan, melemahnya mata uang Turki, menjadi salah satu penyebab melemahnya mata uang negara lain, termasuk Indonesia dan juga di negara maju di Eropa. Tercatat sejak Juli 2018, Indonesia terdepresiasi 1%.