Rupiah terus loyo, utang PLN bisa bengkak hingga Rp9 triliun

Utang PLN sebagian besar atau sekitar 70% berbentuk valuta asing atau valas. 

Ilustrasi. Foto Antara.

Direktur Utama PT PLN (Persero) Zulkifli Zaini mengatakan pelemahan kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dapat membuat utang PLN membengkak. Dalam simulasinya, Zulkifli mengatakan, setiap rupiah turun Rp1.000 per dolar AS, utang PLN akan bertambah Rp9 triliun.

"Setiap kurs melemah Rp1.000, biaya beban PLN meningkat Rp9 triliun. Kalau melemah Rp2.000, biaya beban kami meningkat sampai Rp18 triliun," kata Zulkifli dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR RI, Kamis (16/4).

Membengkaknya biaya beban tersebut diakibatkan oleh utang PLN yang sebagian besar atau 70% berbentuk valuta asing (valas). 

Zulkifli mengatakan pihaknya harus meminjam dari bank luar karena batas maksimum pemberian kredit bank domestik terbatas, hanya Rp140 triliun. Sementara kebutuhan PLN melebihi batas kredit tersebut.

Sebagai informasi, pergerakan rupiah di pasar spot hari ini terdepresiasi 0,42% ke Rp15.640 per dolar AS. Sejak awal tahun hingga hari ini (year-to-date/ytd), rupiah telah melemah Rp1.747 dari Rp13.893 pada 2 Januari 2020.