Saat kaum disabilitas menghadapi diskriminasi di dunia kerja

Diskriminasi terhadap disabilitas ditemui saat perekrutan dengan adanya syarat ‘Sehat Jasmani dan Rohani’.

Ilustrasi. Alinea.id/Aisya Kurnia.

Puluhan surat lamaran pekerjaan yang disebar Putri Windi Aulia di berbagai perusahaan selalu berakhir penolakan.  Baik tidak dipanggil sama sekali atau ditolak setelah wawancara.

“Beberapa kali dipanggil buat wawancara, tapi setelah datang wawancara, enggak ada kabar lagi atau dikabarin lewat email kalau enggak lolos,” katanya, saat dihubungi Alinea.id, Kamis (29/12). 

Putri memiliki penyakit osteogenesis imperfecta yang membuat tulangnya begitu rapuh. Dia harus selalu menggunakan kursi roda agar dapat menjalani kegiatan sehari-hari. Putri sadar betul, tuna daksa yang disandangnya lebih menyulitkannya untuk mendapatkan kerja.

Dia tak kunjung mendapatkan pekerjaan setelah menamatkan pendidikan di Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa (BBRSBD) Prof. Soeharso, Surakarta, Desember 2016 lalu. Banyaknya lowongan pekerjaan yang mensyaratkan ‘sehat jasmani’, membuat Putri selalu minder . “Belum daftar saja, kalau ada syarat itu sudah keder sendiri,” katanya.

Setelah hampir setahun mengganggur dan pulang ke rumahnya di Magelang, Putri lalu melanjutkan pendidikannya di Balai Besar Rehabilitasi Vokasional Bina Daksa (BBRVBD) Cibinong, Bogor, Jawa Barat. Selepas dari sekolah vokasi khusus tuna daksa itu lah, perempuan 28 tahun itu baru mendapatkan kesempatan untuk kembali mendaftar kerja.