Selamatkan ekonomi 2023, pemerintah diminta tingkatkan konsumsi pemerintah

Menurut dia, permintaan global tentu akan menurun yang berdampak pada melemahnya perdagangan.

Kepala Pusat Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (PKAPBN) Wahyu Utomo. Foto tangkapan layar

Kepala Pusat Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (PKAPBN) Wahyu Utomo menegaskan, prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia dan global di 2023 akan melambat. Meski demikian, katalis positif juga tetap mendukung pertumbuhan ekonomi tahun ini.

Faktor yang menjadi hambatan pertumbuhan ekonomi antara lain masih berlangsungnya perang geopolitik, inflasi global yang belum sepenuhnya jinak, tingkat suku bunga yang relatif masih tinggi, pelemahan aktivitas ekonomi di Tiongkok, AS, dan Eropa, serta ruang kebijakan fiskal dan moneter yang semakin sempit. Sedangkan faktor pendukung masih optimisnya pertumbuhan ekonomi adalah, moderasi harga komoditas, relaksasi restriksi Covid-19, penguatan pemulihan ekonomi di Asia, dan pertumbuhan ekonomi hijau, digitalisasi, dan industri kesehatan.

“Indonesia perlu mengantisipasi perlambatan pertumbuhan ekonomi ini. Karena perdagangan dunia akan melambat,” kata Wahyu dalam pemaparannya di webinar Diskusi Publik INDEF: Urgensi Reformasi Subsidi Energi, Selasa (14/2).

Menurut dia, permintaan global tentu akan menurun yang berdampak pada melemahnya perdagangan. Sehingga kinerja ekspor impor juga ikut melemah. Di sisi lain, dia juga mengkhawatirkan kenaikan suku bunga acuan yang terus berlanjut bisa mengurangi investasi yang ada di Indonesia.

“Kalau Indonesia ke depan mau tumbuh cukup tinggi, paling tidak kita harus mendorong sisi konsumsi masyarakat dan pemerintah. Ini diperlukan agar bisa menjadi bantalan pemulihan ekonomi sekaligus level ekonomi yang lebih tinggi,” ujar Wahyu.