sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Selamatkan ekonomi 2023, pemerintah diminta tingkatkan konsumsi pemerintah

Menurut dia, permintaan global tentu akan menurun yang berdampak pada melemahnya perdagangan.

Erlinda Puspita Wardani
Erlinda Puspita Wardani Selasa, 14 Feb 2023 17:18 WIB
Selamatkan ekonomi 2023, pemerintah diminta tingkatkan konsumsi pemerintah

Kepala Pusat Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (PKAPBN) Wahyu Utomo menegaskan, prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia dan global di 2023 akan melambat. Meski demikian, katalis positif juga tetap mendukung pertumbuhan ekonomi tahun ini.

Faktor yang menjadi hambatan pertumbuhan ekonomi antara lain masih berlangsungnya perang geopolitik, inflasi global yang belum sepenuhnya jinak, tingkat suku bunga yang relatif masih tinggi, pelemahan aktivitas ekonomi di Tiongkok, AS, dan Eropa, serta ruang kebijakan fiskal dan moneter yang semakin sempit. Sedangkan faktor pendukung masih optimisnya pertumbuhan ekonomi adalah, moderasi harga komoditas, relaksasi restriksi Covid-19, penguatan pemulihan ekonomi di Asia, dan pertumbuhan ekonomi hijau, digitalisasi, dan industri kesehatan.

“Indonesia perlu mengantisipasi perlambatan pertumbuhan ekonomi ini. Karena perdagangan dunia akan melambat,” kata Wahyu dalam pemaparannya di webinar Diskusi Publik INDEF: Urgensi Reformasi Subsidi Energi, Selasa (14/2).

Menurut dia, permintaan global tentu akan menurun yang berdampak pada melemahnya perdagangan. Sehingga kinerja ekspor impor juga ikut melemah. Di sisi lain, dia juga mengkhawatirkan kenaikan suku bunga acuan yang terus berlanjut bisa mengurangi investasi yang ada di Indonesia.

“Kalau Indonesia ke depan mau tumbuh cukup tinggi, paling tidak kita harus mendorong sisi konsumsi masyarakat dan pemerintah. Ini diperlukan agar bisa menjadi bantalan pemulihan ekonomi sekaligus level ekonomi yang lebih tinggi,” ujar Wahyu.

Dia menilai, konsumsi rumah tangga di 2023 akan cenderung stabil , bahkan kemungkinan tidak akan sekuat seperti 2022. Oleh karena itu,Wahyu berharap agar konsumsi pemerintah bisa dipacu di awal 2023.

Seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2022 menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) sebesar 5,3% (yoy) dan menjadi yang tertinggi sejak 2013. Sayangnya pertumbuhan tersebut lebih banyak ditopang dari ekspor komoditas, daripada komponen pengeluaran cenderung tumbuh lebih rendah dibandingkan sebelum pandemi Covid-19, seperti konsumsi rumah tangga tumbuh 4,93% (yoy), investasi atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB) tumbuh 3,87% (yoy), dan belanja pemerintah yang turun menjadi minus (-) 4,51% (yoy).

Sedangkan dibandingkan tahun 2019, seluruh komponen pengeluaran jauh lebih tinggi, yakni konsumsi rumah tangga tercatat 5,04% (yoy), investasi atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB) sebesar 4,46% (yoy), dan belanja pemerintah mencapai 3,72%. 

Sponsored
Berita Lainnya
×
tekid