Tips meminimalisir risiko berinvestasi di pasar modal

Dunia saham ternyata tidak seindah seperti di media sosial.

Ilustrasi/Pixabay

Berinvestasi di pasar modal memang lagi ramai, khususnya di kalangan generasi milenial. Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) pertumbuhan investor di pasar modal Indonesia mencapai 5,82 juta investor, didominasi oleh investor milenial atau investor dengan usia di bawah 30 tahun sebesar 58,58%.

Belakangan ini juga banyak sekali konten buatan pengguna atau user-generated content (UGC), yang membagikan foto, suara, teks, animasi, hingga video yang diunggah melalui media sosial. Terlebih lagi dengan munculnya fenomena pump and dump atau pompom saham, di mana harga suatu saham dimanipulasi untuk menarik banyak investor lalu harganya dibanting.

Penulis buku “Dunia Saham Tak Seindah Di Media Sosial”, Joyce Tauris Santi mengatakan, perkembangan sosial media sangat luar biasa, namun ia juga mengatakan terdapat manfaat positif dan negatif dari informasi saham yang tersebar di media sosial.

“Ada segi positifnya karena informasi-informasi menjadi cepat tersampaikan. Tapi di sisi lain ada kecenderungan temen-temen muda yang baru berinvestasi itu hanya ikut-ikutan masuk ke dunia investasi, istilahnya FOMO,” ujar Joyce dalam Webinar Kopitalks Seri 12 Dunia Saham Tak Seindah Di Media Sosial, Rabu (15/9).

Joyce mengatakan, ini salah satunya dipicu dengan adanya postingan-postingan di sosial media terkait informasi mengenai saham. Tidak sedikit juga investor khususnya pemula hanya ikut-ikutan saja atau fear of missing out (FOMO) tanpa memahami risiko yang ada.