sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Tips meminimalisir risiko berinvestasi di pasar modal

Dunia saham ternyata tidak seindah seperti di media sosial.

Davis Efraim Timotius
Davis Efraim Timotius Kamis, 16 Sep 2021 07:22 WIB
Tips meminimalisir risiko berinvestasi di pasar modal

Berinvestasi di pasar modal memang lagi ramai, khususnya di kalangan generasi milenial. Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) pertumbuhan investor di pasar modal Indonesia mencapai 5,82 juta investor, didominasi oleh investor milenial atau investor dengan usia di bawah 30 tahun sebesar 58,58%.

Belakangan ini juga banyak sekali konten buatan pengguna atau user-generated content (UGC), yang membagikan foto, suara, teks, animasi, hingga video yang diunggah melalui media sosial. Terlebih lagi dengan munculnya fenomena pump and dump atau pompom saham, di mana harga suatu saham dimanipulasi untuk menarik banyak investor lalu harganya dibanting.

Penulis buku “Dunia Saham Tak Seindah Di Media Sosial”, Joyce Tauris Santi mengatakan, perkembangan sosial media sangat luar biasa, namun ia juga mengatakan terdapat manfaat positif dan negatif dari informasi saham yang tersebar di media sosial.

“Ada segi positifnya karena informasi-informasi menjadi cepat tersampaikan. Tapi di sisi lain ada kecenderungan temen-temen muda yang baru berinvestasi itu hanya ikut-ikutan masuk ke dunia investasi, istilahnya FOMO,” ujar Joyce dalam Webinar Kopitalks Seri 12 Dunia Saham Tak Seindah Di Media Sosial, Rabu (15/9).

Joyce mengatakan, ini salah satunya dipicu dengan adanya postingan-postingan di sosial media terkait informasi mengenai saham. Tidak sedikit juga investor khususnya pemula hanya ikut-ikutan saja atau fear of missing out (FOMO) tanpa memahami risiko yang ada.

“Gua cuan nih dari saham ini sekian, tapi dia tidak menceritakan bagaimana prosesnya, bagaimana dia bisa mendapatkan keuntungan tersebut,” ujar Joyce.

Ia mengatakan, proses adalah sesuatu yang sangat penting karena investment is a journey. Menurutnya apa yang diposting di media sosial itu, belum tentu seindah warnanya, karena dibalik itu pasti ada sebuah cerita dan proses untuk mencapai sebuah titik.

Joyce juga mengungkapkan bahwa tidak mungkin seorang investor itu untung terus selamanya. “Pasti ada jatuhnya, pasti ada sedihnya, aduh kena prank saham ini, belum lagi kalau sahamnya nyangkut, belum lagi sahamnya suspend,” ujar Joyce.

Untuk meminimalisir risiko dalam berinvestasi, Joyce membagikan berbagai tips untuk terhindar dari kerugian.

Sponsored

1. Tentukan tujuan investasi

Kita harus menentukan tujuan investasi, apakah investasi tersebut untuk jangka panjang, menengah, pendek. Anda juga harus memahami tentang profil risiko investasi, apakah anda investor yang konservatif (rendah), moderat (menengah), dan agresif (tinggi). Anda juga harus menentukan instrumen investasi yang sesuai dengan profil risiko baik itu reksadana, saham, crypto, forex.

2. Mengupgrade pengetahuan

Anda perlu mengupgrade pengetahuan anda mengenai investasi, bisa dari buku, internet, sosial media, webinar dan lainnya. Anda tinggal menyaring saja informasi apa saja yang diperlukan sehingga memiliki gambaran jelas mengenai investasi, minimal pengetahuan dasar yang diperlukan, seperti analisis fundamental dan teknikal, money management, trading plan.

3. Gunakan uang dingin

Jangan pernah menggunakan uang untuk kebutuhan sehari-hari untuk berinvestasi, misalnya uang dapur, kebutuhan anak sekolah, uang kuliah, pinjaman online. Karena hal ini akan sangat beresiko untuk keuangan anda, bisa saja saham yang anda beli terjun bebas atau terjadi market crash.

4. Memiliki mindset positif

Anda juga harus selalu memiliki mindset yang positif dalam berinvestasi, karena mindset yang buruk tentu saja akan berdampak kepada perjalanan investasi anda, misalnya anda berpikir bahwa trading saham di pasar modal itu sulit, maka anda akan kesulitan untuk berkembang dan meraih keberhasilan dari market.

5. Memiliki dana darurat

Anda juga perlu memikirkan mengenai dana darurat untuk keperluaan yang sifatnya mendadak atau mendesak, sebelum mulai berinvestasi di instrumen yang memiliki risiko tinggi seperti saham, crypto, forex. Karena mungkin saja ketika anda membutuhkan dana darurat, investasi anda ternyata sedang dalam keadaan rugi atau minus, sehingga mau tidak anda harus menjual dalam posisi rugi.

Berita Lainnya
×
tekid