Turun 5%, BBCA cetak laba bersih Rp27,1 triliun pada 2020

BBCA mencatat kredit turun 2,1% secara tahunan menjadi Rp575,6 triliun.

Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) Jahja Setiaatmadja di sela-sela analyst meeting, Jakarta, 24 Juli 2019. Foto REUTERS/Willy Kurniawan.

PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) mencatatkan penurunan laba bersih 5% menjadi Rp27,1 triliun, dibandingkan tahun 2019 lalu sebesar Rp28,6 triliun. Meski mengalami penurunan, jumlah laba bersih ini menjadi yang terbesar di industri perbankan.

"Secara umum, kami tahu kinerja kami turun 5%, meskipun dibanding yang lain kami lebih baik. Tapi kami harus mengaku kalau laba bersih turun," kata Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja secara virtual dalam konferensi pers paparan kinerja BCA 2020, Senin (8/2).

BBCA mencatatkan pendapatan bunga bersih yang naik 7,3% secara tahunan (year on year/yoy) di 2020 menjadi Rp54,5 triliun. Di sisi lain, pendapatan non-bunga menurun tipis 0,5% yoy, menjadi Rp20,2 triliun.

Secara total, pendapatan operasional tercatat sebesar Rp74,8 triliun, atau meningkat hingga 5,1% yoy. Beban operasional tercatat sebesar Rp29,3 triliun, atau 3,1% lebih rendah dari tahun 2019, karena terhambatnya sebagian kegiatan operasional di saat pandemi. Namun di sisi lain, biaya pencadangan BBCA  melonjak menjadi Rp11,6 triliun, atau naik 152,3% yoy.

Dari sisi pendanaan, kinerja dana pihak ketiga (DPK) tercatat sehat, di mana rasio dana murah alias current account and savings account (CASA) tumbuh 21,0% yoy, mencapai Rp643,9 triliun, sedangkan deposito berjangka meningkat sebesar 14,0% yoy menjadi Rp196,9 triliun.

Secara total dana pihak ketiga naik 19,3% yoy menjadi Rp840,8 triliun di tahun 2020. Sejalan dengan pertumbuhan dana pihak ketiga, tahun 2020 aset perseroan untuk pertama kalinya mampu menembus Rp1.000 triliun, yakni mencapai Rp1.075,6 triliun atau naik 17% yoy.