Usia petani semakin menua, gimana kabar milenial?

Lebih dari 60% petani berusia 55 tahun ke atas. Menurutnya, Provinsi Jawa Barat sudah berusaha menumbuhkembangkan petani-petani milenial.

Ilustrasi. iStock

Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian, baik sebagai sumber pencaharian, maupun penopang pembangunan. Sektor pertanian juga menjadi sektor penyumbang yang cukup besar. Selama pandemi, berbagai sektor mengalami pertumbuhan negatif, sedangkan sektor pertanian terus bertumbuh positif.

Namun, perannya semakin menurun karena usia dan jumlah para petani yang sudah kurang produktif. Data melalui agrisustineri.org pada 2019, jumlah petani muda di Indonesia sekitar 33,4 juta, rentang usia petani muda sekitar 20-30 tahun hanya berjumlah 2,7 juta. Di sisi lain, kesejahteraan petani menjadi permasalahan sebab hasil keuntungan bertani kerap tidak menutupi modal yang sudah dikeluarkan.

Penyuluh Pertanian Ahli Utama dari Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat Arifin, menyebut, krisis petani terjadi karena sebagian besar petani sudah tua. Di mana, lebih dari 60% petani berusia 55 tahun ke atas. Menurutnya, Provinsi Jawa Barat sudah berusaha menumbuhkembangkan petani-petani milenial,

“Pada 2021, sudah mempekerjakan 743 orang sebagai petani. Pada 2022 ini, sudah terdaftar 12.539 petani milenial yang berdasarkan minatnya di pangan dan lebih hortikultura. Tepatnya, minat sektor pangan yang menjadi petani berjumlah 6.137 dan sektor hortikultura sebanyak 6.402 petani,” jelasnya. 

Di sisi lain, Ketua Harian DPD Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jawa Barat Entang Sastraatmadja menilai, sebutan petani milenial kurang tepat karena zaman akan terus berubah, tetapi dia juga menyampaikan kekhawatirannya mengenai petani muda,