sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Usia petani semakin menua, gimana kabar milenial?

Lebih dari 60% petani berusia 55 tahun ke atas. Menurutnya, Provinsi Jawa Barat sudah berusaha menumbuhkembangkan petani-petani milenial.

 Atikah Rahmah
Atikah Rahmah Jumat, 23 Sep 2022 12:52 WIB
Usia petani semakin menua, gimana kabar milenial?

Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian, baik sebagai sumber pencaharian, maupun penopang pembangunan. Sektor pertanian juga menjadi sektor penyumbang yang cukup besar. Selama pandemi, berbagai sektor mengalami pertumbuhan negatif, sedangkan sektor pertanian terus bertumbuh positif.

Namun, perannya semakin menurun karena usia dan jumlah para petani yang sudah kurang produktif. Data melalui agrisustineri.org pada 2019, jumlah petani muda di Indonesia sekitar 33,4 juta, rentang usia petani muda sekitar 20-30 tahun hanya berjumlah 2,7 juta. Di sisi lain, kesejahteraan petani menjadi permasalahan sebab hasil keuntungan bertani kerap tidak menutupi modal yang sudah dikeluarkan.

Penyuluh Pertanian Ahli Utama dari Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat Arifin, menyebut, krisis petani terjadi karena sebagian besar petani sudah tua. Di mana, lebih dari 60% petani berusia 55 tahun ke atas. Menurutnya, Provinsi Jawa Barat sudah berusaha menumbuhkembangkan petani-petani milenial,

“Pada 2021, sudah mempekerjakan 743 orang sebagai petani. Pada 2022 ini, sudah terdaftar 12.539 petani milenial yang berdasarkan minatnya di pangan dan lebih hortikultura. Tepatnya, minat sektor pangan yang menjadi petani berjumlah 6.137 dan sektor hortikultura sebanyak 6.402 petani,” jelasnya. 

Di sisi lain, Ketua Harian DPD Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jawa Barat Entang Sastraatmadja menilai, sebutan petani milenial kurang tepat karena zaman akan terus berubah, tetapi dia juga menyampaikan kekhawatirannya mengenai petani muda,

“Petani muda lebih tepat dibanding menyebut mereka sebagai petani milenial. Saya khawatir bahwa petani milenial tidak memiliki nilai-nilai pertanian, karena pekerjaan yang terbatas, ada peluang dan kesempatan mendapatkan kredit dan fasilitas, sehingga masuk pertanian. Namun, jika kedepannya petani milenial menghadapi kendala, mundur menjadi petani,” keluhnya. 

Melalui kacamata Entang, para petani memiliki dua syarat yaitu memiliki lahan dan pemilik lahan mengerjakan sendiri. Ia memprediksi bahwa kedua syarat itu menjadi penghalang bagi para petani saat ini,

“Selama ini, banyak para penggiat tani hampir tidak punya lahan. Di sisi lain, ada banyak orang kaya yang memiliki ratusan hektare tanah dan tidak digarap menjadi pertanian. Sangat kecil bagi petani yang memenuhi kedua syarat tersebut,” prediksinya.  

Sponsored

Menurut Entang, pertanian bisa disebut sebagai sektor yang perkasa, melihat pertanian selalu tumbuh positif selama masa pandemi. Meski demikian, Entang menyayangkan pemerintah yang kurang memperhatikan para petani.

“Oleh karena itu, sebaiknya pemerintah jangan main-main terhadap kebijakan pertanian, pemerintah harus tetap serius dan menjadikan pertanian sebagai tulang punggung perekonomian bangsa. Melihat kondisi pertanian saat ini tidak baik-baik saja, ada banyak hal yang harus ditata,” ujarnya

Berita Lainnya
×
tekid