Warga miskin di Banten bertambah jadi 738 ribu orang

Komoditi makanan terhadap garis kemiskinan ternyata jauh lebih besar dibandingkan komoditi non makanan.

Sejumlah warga memilah limbah plastik dari tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (10/1/2019). Antara Foto

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis, angka kemiskinan di Provinsi Banten melonjak sebesar 0,01%. Artinya, penduduk miskin di wilayah tersebut bertambah menjadi 738 ribu orang per September 2018 dari sebelumnya 668 ribu orang. 

Sementara persentase penduduk miskin di perkotaan turun dari 4,38% menjadi 4,24%. Kemudian persentase penduduk miskin di pedesaan naik dari 7,33% pada Maret menjadi 7,67% pada September 2018.

“Selama 6 bulan terjadi peningkatan sebesar 0,01%. Penduduk miskin di perkotaan mengalami penurunan, sedangkan di pedesaan mengalami peningkatan,” kata Kepala BPS Banten, Agoes Soebeno, di Kantor BPS Banten, Kota Serang, pada Selasa (15/1).

Peranan komoditi makanan terhadap garis kemiskinan ternyata jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi non makanan seperti perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan. Pada September 2018 sumbangan makanan terhadap garis kemiskinan tercatat sebesar 71,60%.

Adapun jika dilihat dari wilayah pedesaan, beras menjadi penyumbang terbesar terhadap garis kemiskinan dengan torehan angka 25,51%. Kemudian disusul rokok kretek filter 10,06%, telur ayam 3,36%, daging ayam 2,21%, mie instan 2,13% dan gula pasir 2,84%.