Ahli: Penyebar hoaks tahu bagaimana otak kita bekerja

Hoaks tidak hanya terjadi di Indonesia, namun seluruh dunia.

Professor jurnalistik dari Fakultas Komunikasi American University Maggie Farley di @America pada Kamis (11/10). Alinea.id/Soraya Novika

Berita bohong atau hoaks menjadi masalah serius yang tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan juga seluruh dunia. 

Hal itu disampaikan oleh profesor jurnalistik dari Fakultas Komunikasi American University Maggie Farley saat menjadi pemateri dalam diskusi umum bertema ‘Fake News: How to Know What to Believe’ di @america, Pacific Place, Jakarta, Kamis (11/10).

"Penyebaran hoaks adalah masalah yang serius dan kita dapat menjumpai masalah ini di hampir seluruh peradaban di dunia," ujar Farley.

Profesor yang juga mantan jurnalis Los Angeles Times ini lebih lanjut mengatakan, hoaks dapat dengan mudahnya memengaruhi banyak orang karena memang otak manusia sendiri memiliki kecenderungan menyukai informasi-informasi palsu yang menarik secara emosional.

"Jadi, penyebar hoaks tahu bagaimana otak kita bekerja. Pada dasarnya, otak kita memang menyukai berita yang membuat kita bahagia, kita menyukai hal-hal baru, sesuatu yang memancing amarah, dan membuat kita tidak sabar ingin menyebarkan informasi atau kabar tersebut ke orang terdekat kita," tambahnya.