Dianggap mendukung kepemilikan senjata, FedEx diboikot

Mark Hoppus mendorong agar masyarakat berhenti menggunakan FedEx demi menjaga keselamatan banyak orang.

Sejumlah demonstran melakukan unjuk rasa atas kepemilikan senjata/ Antara Foto

Kasus penembakan sekolah di Florida Amerika Serikat (AS) pada pertengahan Februari ini telah menarik perhatian masyarakat dunia. Penembakan yang dilakukan oleh seorang remaja dan menewaskan 17 orang tersebut memunculkan isu tentang kepemilikan senjata api di AS mesti dikaji kembali. Namun soal kepemilikan senjata makin kontroversi, setelah Presiden Donald Trump mengusulkan untuk mempersenjatai guru-guru di sekolah atas insiden di Florida. 

Memang kebebasan memiliki senjata di Amerika Serikat dilindungi oleh konstitusi AS. Alasan pemberian senjata secara personal untuk menjaga keamanan diri sendiri dan negara. Walhasil, hampir separuh masyarakat sipil di AS memiliki senjata

Menurut data Police Foundation tahun 1996 yang dikutip dalam buku Senjata Api dan Penangan Tindak Kriminal, sekitar 4,5 juta senjata api termasuk 2 juta di antaranya handguns, lalu sisanya seconhand guns terjual setiap tahunnya di AS. Peredaran senjata api di AS bersifat terbuka, bahkan dipublikasikan secara komersial. 

Soal kepemilikan senjata api di kalangan masyarakat AS telah menjadi sebuah dilema bagi pembuat kebijakan. Hubungan antara kepemilikan senjata api dengan kekerasan ataupun kejahatan dengan menggunakan senjata api menjadi salah satu alasan.

National Rifle Association of Amerikca (NRA) yakni sebuah organisasi yang mengadvokasi hak senjata di AS pun turut dikecam dan diminta pertanggungjawaban atas insiden penembakan yang terjadi di AS selama ini. Banyak masyarakat AS yang kerap memprotes ekspansi politik yang dilakukan para anggota NRA. Bahkan tidak sedikit yang membenci NRA.