2 poros diplomat G20 berebut pengaruh pada isu konflik Rusia-Ukraina

Menteri Luar Negeri China dan Rusia akan melawan Menteri Luar Negeri dari AS, Prancis, dan Jerman. Menlu Inggris pulang lebih dahulu.

Seorang petugas polisi menyiapkan ATV untuk patroli menjelang Pertemuan Menlu G20 di Nusa Dua, Bali, Indonesia, Kamis, 7 Juli 2022. AP Photo/Dita Alangkara

Para diplomat top dari negara-negara berkembang terkaya dan terbesar di dunia, menghadapi berbagai krisis ketika mereka membuka pembicaraan akibat invasi Rusia ke Ukraina dan dampaknya terhadap ketahanan pangan dan energi, bersama dengan perubahan iklim, kemiskinan endemik, dan dampak virus corona yang berkepanjangan.

Para menteri luar negeri dari negara-negara Kelompok 20 mulai bertemu di Bali, Indonesia, pada Jumat (8/7) dengan sedikit prospek untuk mencapai semacam konsensus tinggi tentang masalah-masalah berat yang telah menjadi ciri dari pertemuan-pertemuan sebelumnya.

Dan, ketika mereka berusaha untuk mempersiapkan pertemuan puncak para pemimpin G20 yang akan diadakan di tempat yang sama pada November, mereka mendapat kejutan di menit-menit terakhir dengan pengunduran diri Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pada Kamis (7/7), salah satu pendukung keras Barat pada masalah di Ukraina.

Kepergian Johnson tidak mungkin menghalangi upaya AS dan Eropa untuk mempromosikan sikap keras terhadap Rusia di antara anggota G20 lainnya, itu hampir pasti karena akan dilihat sebagai sebuah kelemahan oleh China dan Rusia, yang keduanya akan diwakili Menteri Wang Yi dan Sergey Lavrov.

Mereka akan berhadapan dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan rekan-rekannya dari Prancis dan Jerman yang awalnya juga Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss. Tetapi, Liz  Truss malah pulang lebih awal ke London untuk menangani dampak dari pengunduran diri Johnson.