Dirjen WHO geram konflik Ethiopia tak diperhatikan seperti Ukraina: Karena warna kulit!

Sejak perang pecah, wilayah paling utara Ethiopia mengalami kekurangan pangan dan akses ke layanan masyarakat.

Pasukan Ethiopia. foto: Ethiopia News Agency

Konflik antara pemerintah Ethiopia dan pasukan bersenjata Tigray menjadi topik pembahasan World Health Organization (WHO). Pertanyaan besarnya adalah mengapa konflik di Euthopia tidak bisa mendapatkan perhatian yang sama seperti konflik di Ukraina.

Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyeus menilai konflik di wilayah Tigray Ethiopia sebagai bencana terburuk di dunia, dan mempertanyakan apakah para pemimpin global tidak menanggapai karena perbedaan warna kulit.

Ia mengkritik respons pemimpin global yang lambat dalam menangani konflik yang terjadi di bagian ujung Utara Ethiopia itu. “Dalam perkara darurat ini hanya perbedaan warna kulit tidak menyamaratakan perhatiannya,” kecam Tedros.

“Kekejaman yang tak terbayangkan sedang menimpa enam juta orang di wilayah bagian ujung Utara Ethiopia. Akibat dari konflik tersebut menyebabkan efektifitas dari pelayanan umum menjadi terputus selama hampir dua tahun,” kata Tedros.

Sejak perang pecah, wilayah paling utara Ethiopia mengalami kekurangan pangan dan akses ke layanan masyarakat seperti listrik, komunikasi, dan perbankan sangat terbatas. “Akibatnya, penduduk Tigray menghadapi berbagai wabah malaria, antraks, kolera, diare, dan berbagai jenis penyakit lainnya. Kekejaman yang tak terbayangkan ini harus diakhiri. Satu-satunya solusi adalah perdamaian,” ujar dia.