Gas saraf picu perang nuklir AS-Rusia di Suriah

Perang nuklir antara dua kekuatan utama di dunia, Amerika Serikat (AS) dan Rusia bisa saja pecah di Suriah.

Seorang pria berjalan dengan sepedanya di lokasi hancur di kota yang terkepung Douma, Timur Ghouta, di Damaskus, Suriah, Jumat (30/3)./ Antarafoto

Perang nuklir antara dua kekuatan utama di dunia, Amerika Serikat (AS) dan Rusia bisa saja pecah di Suriah. Saling ancam dan perang urat saraf sudah terjadi. Bahkan Negara Paman Sam dan sekutunya punya dalih menyerang Suriah. Sebaliknya, Rusia punya alasan melindungi negaranya.

Setelah sebelumnya, tensi dua negara menegang akibat kasus upaya pembunuhan mantan agen ganda Rusia di Inggris. Kini relasi mereka kian panas pasca terkuaknya interfensi Rusia pada pemilu presiden di AS.

“Begitu ada misil AS ditembakkan ke Suriah, kita akan tembak hingga jatuh. Tempat peluncuran juga akan menjadi target serangan kita,” ancam Duta Besar Rusia Alexander Zasypkin yang disebarkan melalui media pada Selasa malam, dilansir Channel News Asia, Rabu (11/4).

Pernyataan Zasypkin juga ditegaskan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin. Dia memerintahkan panglima militer untuk menyiapkan segala langkah untuk melindungi Suriah dari ancaman serangan dari AS dan aliansinya. AS dan sekutunya mempertimbangkan serangan ke Suriah setelah tudingan serangan gas beracun yang menewaskan puluhan orang di Douma pada Sabtu lalu.

“Ketegangan seharusnya dihindari. Kita siap bernegosiasi,” ungkap Zasypkin.