Hitam-putih peretas Tiongkok: Dari patriotisme ke bisnis ilegal 

Kerusuhan etnis pada 1998 di Jakarta turut mendorong lahirnya generasi peretas China. 

Ilustrasi serangan siber dari Tiongkok. Alinea.id/Firgie Saputra

Pada mulanya, Wan Tao bukan seorang geek. Lahir pada 1971 di sebuah kota kecil di Provinsi Jianxi, Tiongkok, Wan punya cita-cita belajar sejarah. Namun, pada awal 1990-an, Wan "terdampar" di Jiaotong University, Beijing. Ia malah belajar akuntansi. 

Jurusan itu bukan pilihan Wan. Orang tuanya memaksa Wan kuliah di Jiaotong karena ilmu sejarah dianggap "berbahaya". Pada 1989, pemerintah komunis China baru saja meredam aksi demonstrasi besar-besaran di Tiananmen Square. Para penggeraknya kebanyakan adalah mahasiswa ilmu sosial, termasuk dari jurusan sejarah. 

Meski begitu, kuliah di Jiaotong adalah berkah tersembunyi bagi Wan. Di kampus itu, ia menemukan hobi baru saat menghabiskan waktu di laboratorium komputer di kampus itu. Ia terkesima saat menyaksikan bagaimana virus-virus primitif merusak perangkat keras komputer-komputer milik kampus. 

"Virus adalah hal yang kecil, tapi dia bisa punya kekuatan seperti itu. Saya ingin punya kekuatan saya sendiri," kenang Wan sebagaimana dikutip dari "China's Hacker King" yang ditulis Hannah Beech di Majalah Time

Pada suatu hari di tahun 1992, Wan menciptakan virus komputer pertamanya dan melepasnya ke jagat maya. Hanya beberapa bulan berselang, virus itu menyebar ke seluruh Tiongkok. Komputer milik kantor ibunya di Jianxi bahkan terinfeksi virus bikinan Wan.