Di era digital, peretasan ponsel pintar merupakan persoalan serius yang semakin "normal" dialami individu. Kelompok kriminal terus-menerus mencari metode-metode baru untuk mengeksploitasi kelemahan-kelemahan atau celah keamanan pada ponsel pintar.
Jenis serangan yang paling umum, semisal phishing, malware, dan eksploitasi zero-day. Pada eksploitasi zero-day, kelompok kriminal memanfaatkan celah keamanan dalam perangkat lunak yang bahkan belum diketahui oleh pengembangnya.
Jika sudah kena retas, dampaknya bisa beragam, semisal pencurian data, kerusakan software, hingga kerugian finansial. Data yang berhasil dicuri bahkan kerap dipakai penyerang untuk aktivitas-aktivitas kriminal lainnya.
Ada sejumlah faktor yang bikin peretasan ponsel pintar kian marak. Pertama, ponsel pintar kini jadi bagian intergral dalam kehidupan kita. Jumlah pengguna ponsel pintar di Indonesia diperkirakan mencapai 170,4 juta orang atau kisaran 61,7% dari total populasi.
Kedua, celah keamanan pada sistem operasi (operating system/OS) ponsel pintar. Di Indonesia, kebanyakan ponsel pintar menggunakan OS Android yang lazimnya berbasis komponen open-source. Ini bisa membuka lebih banyak peluang untuk dieksploitasi peretas.
Lantas bagaimana supaya ponsel pintar kita tak jadi sasaran peretasan? Pakar keamanan siber dari Indonesia Cyber Security Forum (ICSF) Ardi Sutedja membagi sejumlah tips agar ponsel pintar yang kita miliki tak mudah diretas.
Ilustrasi: Pixabay
Perbaharui perangkat
Tak hanya software, aplikasi-aplikasi yang ada di ponsel pintar kita juga harus rutin diperbaharui atau di-update. Pembaharuan perangkat akan meminimalisasi celah keamanan pada ponsel yang bisa dieksploitasi.
"Untuk melindungi peretasan, seseorang harus memastikan bahwa perangkat mereka selalu diperbarui versi terbaru, mulai dari perangkat lunak dan aplikasi," kata Ardi kepada Alinea.id di Jakarta, belum lama ini.
Autentifikasi dua faktor
Autentifikasi dua faktor atau yang juga dikenal sebagai verifikasi dua langkah adalah metode keamanan yang mengharuskan pengguna memberikan dua bentuk identifikasi berbeda untuk mengakses suatu akun atau sistem. Metode itu menambahkan lapisan keamanan tambahan selain kata sandi.
"Gunakan autentifikasi dua faktor untuk meningkatkan lapisan keamanan pada akun digital sehingga meskipun kata sandi berhasil dicuri, akun tetap sulit diakses," jelas Ardi.
Ilustrasi kejatan siber dengan metode pengelabuan (phishing). Freepik
Waspadai kiriman tautan
Banyak kasus pencurian data bermula dari kiriman email, pesan teks, atau tautan ke situs web palsu. Lazimnya, metode itu dikenal dengan sebutan phishing. Tujuannya untuk mengelabui korban agar memberikan informasi mereka.
"Hindari mengklik tautan atau mengunduh file dari sumber yang tidak dikenal karena ini sering kali menjadi pintu masuk bagi malware. Selain itu, penting bagi pengguna untuk menginstal aplikasi keamanan atau antivirus yang terpercaya untuk mendeteksi ancaman sejak dini," kata Ardi.
Investasi pada sistem keamanan
Khusus untuk perusahaan atau organisasi, Ardi menyarankan agar berivestasi pada sistem keamanan siber yang canggih, termasuk membangun firewall, enkripsi data, dan rutin menggelar pelatihan keamanan siber bagi karyawan.
"Kesadaran tentang ancaman digital harus menjadi bagian dari budaya organisasi, sehingga setiap individu dalam perusahaan memahami pentingnya menjaga keamanan data," kata Ardi.