Ketika peta digunakan memanipulasi Afrika hingga Palestina

Alaska terlihat lebih besar dari Meksiko, padahal kenyataannya lebih kecil.

Foto: ist

Google Earth muncul pada tahun 2005. Setahun kemudian, Google Earth mengalami guncangan revolusioner. Seorang pria Palestina dari Jenin, Thameen Darby, menciptakan Lapisan Nakba, memetakan desa-desa Palestina yang hancur atau berkurang penduduknya dalam perang Arab-Israel tahun 1948.

Peta tersebut menunjukkan bagian-bagian Palestina yang bahkan tidak terlihat di peta yang dibuat oleh otoritas Palestina, kata ahli geografi Linda Quiquivix, yang meneliti peta Nakba dan peta Palestina, kepada Al Jazeera.

Peta Nakba tahun 2006 memicu kontroversi dan kemarahan di kalangan warga Israel, yang melaporkan peta tersebut ke polisi setempat karena dianggap sebagai “serangan terhadap geografi sebenarnya”.

Tapi apa sebenarnya geografi itu? Apakah peta yang kita lihat setiap hari secara akurat mewakili batas dan ruang?

Apakah peta berbohong?
“Berbohong dengan peta tidak hanya mudah, tetapi juga penting,” tulis kartografer Mark Monmoneir dalam bukunya How to Lie with Maps.