Menguak pentingnya Paradise Paper

Sejak dibocorkan pada awal pekan kemarin, Paradise Paper telah menjadi sorotan berbagai media di dunia.

Ilustrasi ang. (foto: Pexels)

International Consortium of Investigative Journalist (ICIJ) berencana untuk membuka berkas ‘Paradise Paper’ yang berdampak secara global pada Rabu 15 November mendatang. Pengkajian berkas tersebut melibatkan 380 wartawan yang bekerja di 96 perusahaan media di 67 negara seperti The Australian Financial Review, BBC, Le Monde, dan New York Times.

Sebagaimana dilansir dari Financial Review, Jumat (10/11), bocornya dokumen terbesar dalam sejarah tersebut telah menjadi sorotan utama berbagai media di dunia selama sepekan terkahir. Selain itu, sejak bocornya Paradise Paper pada Senin 6 November lalu, juga menunjukkan adanya skandal dalam tata kelola keuangan dan pajak.

Berkas yang memuat 13,4 juta dokumen itu mulanya diperoleh oleh surat kabar Jerman, Suddeutsche Zeitung yang mencakup 6,8 juta dokumen dari firma hukum Bermuda, Appleby. Selain itu, lebih dari setengah juta dokumen diperoleh dari perusahaan Singapura, Asiaciti Trust dan 6 juta berkas dari perusahaan resmi yang berada di 19 wilayah seperti Bahama, Barbados, Malta dan Nevis.

Paradise Paper pun direspons cukup beragam. Di Amerika Serikat (AS), Sekretaris Perdagangan, Wilbur Ross kini berada dalam tekanan setelah muculnya kontroversi kepemilikan 31% saham perusahaan pengangkutan gas, Navigation Holding. Terlebih klien utamanya ialah Sibur, perusahaan Rusia yang memiliki keterkaitan dengan menantu Vladimir Putin.

Tak hanya itu, Ross juga dihadapkan pada pertanyaan mengenai kesepakatan perdagangan yang ia buat dengan China untuk meningkatkan ekspor gas alam cair (LNG) AS.