Neraka Covid-19 di negeri junta

Myanmar bisa jadi episentrum Covid-19 yang baru di Asia Tenggara.

Seorang pasien Covid-19 meninggal saat sedang menunggu penanganan medis di depan sebuah klinik di kota Lashio, Northern Shan State, Myanmar, 22 Juli 2021. Foto Instagram @humansofmm/Alinea.id/

Bendera-bendera berwarna kuning itu mulai berkibar di sejumlah apartemen di kawasan pusat kota Yangon, Myanmar, sejak pertengahan Juli 2021. Dikomando dari media sosial, satu per satu warga kota Pagoda Emas itu ikut mengibarkan bendera. Ada pula yang mengibarkan dua bendera sekaligus: kuning dan putih. 

Saat kampanye bendera kuning diluncurkan, Myanmar sedang dilanda gelombang ketiga pandemi Covid-19. Bendera-bendera itu simbol seruan minta tolong. Bendera kuning menandakan sang pemilik rumah butuh bantuan medis darurat dan obat-obatan. Bendera putih pertanda butuh makanan. 

Thida, 48 tahun, turut mengibarkan bendera kuning di depan rumahnya di kawasan South Okkalapa, Yangon. Di rumah itu, ia tinggal bersama suami dan putrinya yang baru berusia 14 tahun. Pada awal Juli, suami dan putri Thida mengalami demam, batuk, kehilangan penciuman, dan hypoxia. 

"Keluarga kami hanya terdiri dari tiga orang. Kami harus minta bantuan karena kami semua menderita Covid-19," kata Thida seperti dikutip dari Myanmar Now. 

Teriakan minta tolong juga membanjiri media sosial di Myanmar. Di forum-forum Facebook, pesan-pesan darurat bermunculan. Isinya kebanyakan meminta informasi mengenai akses terhadap obat-obatan dan tanki oksigen.