Dokter dan pasien di sejumlah rumah sakit semakin tak berdaya.
Dokter di Sri Lanka menyatakan kemungkinan kematian akan menghantui negara itu karena kurangnya obat-obatan akibat krisis ekonomi yang terjadi. Sejumlah rumah sakit bahkan terpaksa menunda prosedur penyelamatan nyawa bagi pasien karena tidak ada obat yang diberikan.
Dikutip dari Reuters, Senin (23/5), Sri Lanka mengimpor lebih dari 80% pasokan medisnya, tetapi akibat cadangan mata uang asing yang habis karena krisis, obat-obatan penting menghilang dari rak dan sistem perawatan kesehatan hampir runtuh.
Di rumah sakit kanker Apeksha wilayah Kolombo, para pasien semakin merasa tidak berdaya, begitu juga para dokter. Rumah sakit dengan 950 tempat tidur itu terpaksa menghentikan tes dan penundaan prosedur termasuk operasi kritis.
"Sangat buruk bagi pasien kanker. Kadang-kadang, di pagi hari kami merencanakan beberapa operasi (tetapi) kami mungkin tidak dapat melakukannya pada hari itu ... karena (persediaan) tidak ada," kata salah satu dokter bernama Roshan Amaratunga.
Menurutnya, jika situasinya tidak segera membaik, beberapa pasien akan menghadapi hukuman mati virtual.