Pajak dan kebutuhan makanan naik, rakyat Tunisia unjukrasa

Unjuk rasa memprotes kebijakan pemerintah yang melakukan serangkaian upaya penghematan, tingginya pengangguran, dan ekonomi yang melemah.

Mahasiswa pascasarjana yang berunjuk rasa meneriakkan slogan, saat polisi huru-hara berjaga, saat protes terhadap kenaikan harga-harga dan pajak di Tunis, Tunisia, Jumat (12/1). ANTARA FOTO/REUTERS/Zoubeir Souissi/cfo/18

Ribuan rakyat Tunisia turun ke jalan Tunis, ibu kota Tunisia, pada Minggu (14/1) waktu setempat. Mereka memeringati ulang tahun penggulingan mantan Presiden Zine El Abidine Ben Ali. Mereka juga memprotes kebijakan pemerintah yang melakukan serangkaian upaya penghematan, tingginya pengangguran, dan ekonomi yang melemah.

“Pekerjaan, kebebasan, dan martabat nasional,” demikian teriak ribuan demonstran. “Rakyat ingin memprotes anggaran yang gagal,” teriak ribuan demonstran lainnya. Aksi mereka dipusatkan di Habib Bourguiba Avenue.

Aksi itu dikaitkan dengan upaya pemerintah meloloskan anggaran untuk 2018 dimana mereka menaikkan pajak dan harga kebutuhan makanan, termasuk bahan bakar dan makanan. “Kini kita menjadi pengangguran,” ujar Amel Berrejab, (33) yang berdemonstrasi dengan sekelompok alumni universitas yang menganggur.

Berrejab memiliki gelar master dan telah memiliki pengalaman mengajar di sekolah swasta. Tapi, dia tidak bisa mendaftar sebagai guru di sekolah publik. “Ini adalah Tunisian setelah tujuh tahun revolusi. Pemerintah tidak memberikan hak kepada rakyatnya. Ini sungguh menyedihkan,” ungkapnya.

Serangkaian aksi demonstrasi tersebut berlangsung sejak awal tahun ini. Kelompok masyarakat sosial dan aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) meluncurkan demonstrasi antipenghematan. Mereka memberi nama pergerakan mereka dengan nama "Fech Nestannew". Aksi itu tersebar di banyak kota di Tunisia dan mendapatkan dukungan luas dari masyarakat.