Perempuan Kenya justru gelar 'Dark Valentine'

Berjuang melawan depresi berat, Muura memprioritaskan kesehatannya dan berhenti melapor ke polisi.

Perempuan Kenya justru gelar 'Dark Valentine'. Foto: Aljazeera

Saat orang-orang di seluruh dunia memperingati Hari Valentine dengan bunga dan coklat, perempuan Kenya berduka. Ratusan dari mereka mengenakan pakaian hitam dan menyalakan lilin serta mawar merah pada acara peringatan untuk menghormati lebih dari 30 wanita yang telah dibunuh di negara tersebut pada tahun 2024.

Aksi pada hari Rabu di Nairobi – yang menampilkan seruan penuh semangat untuk bertindak dan pertunjukan musik – diselenggarakan oleh End Femicide Kenya Movement, sebuah kolektif yang terdiri dari lebih dari 1.000 organisasi dan individu. Aksi “Dark Valentine” juga diadakan di enam kota lain di tengah meningkatnya kasus pembunuhan terhadap perempuan, yang telah menarik perhatian nasional.

“Bunga tidak indah jika diletakkan di atas peti mati,” demikian bunyi pesan dalam bahasa Swahili yang tertera di kemeja yang dikenakan banyak pelayat di Nairobi.

Aksi tersebut bertujuan untuk menekan pemerintah agar memenuhi tuntutan gerakan tersebut, termasuk menyatakan femisida dan kekerasan terhadap perempuan sebagai keadaan darurat nasional dan membentuk komisi untuk menghapuskan keduanya.

Pihak penyelenggara mengatakan mereka merencanakan acara pada Hari Valentine untuk menarik perhatian pada “realitas gelap” kekerasan berbasis gender dan pembunuhan perempuan oleh orang yang mereka cintai.