Referendum dan asa kemandirian Barcelona

Katalunia tetap menggelar referendum pada Minggu 1 Oktober lalu, meski Pengadilan konstitusi (PK) Spanyol melarang jajak pendapat tersebut.

BARCELONA. Ibu kota Catalonia ini dikenal sebagai kota terbuka, salah satu pusat ekonomi dan budaya dunia. Menjadi destinasi wisata utama para pemburu kultur dan arsitektur masa silam, sekaligus mereka yang penasaran menyaksikan langsung tata cara masyarakat metropolitan masa kini hidup dibalut tradisi.

Memiliki khasanah budaya yang istimewa, pemerintah Catalonia menyerukan semangat kebersamaan agar kearifan lokal tetap terjaga. Mereka berhasil.

Menurut analis, banyak warga Catalan bangga dengan identitas kebangsaan mereka. Semangat ini tumbuh menjadi bibit-bibit nasionalisme di “tingkat lokal”—mengingat Catalonia masih berstatus daerah otonomi Spanyol—sekaligus memupuk kerinduan akan kemerdekaan, meski asa disintegrasi awalnya disuarakan hanya segelintir pihak.

“Bagi generasi baru, asumsi Catalonia sebagai sebuah bangsa kini mendarah daging. Mereka sudah memelajarinya sejak di bangku sekolah,” ujar pengamat politik dan filsafat Josep Ramoneda kepada AFP.

“Dan bagi mereka, logikanya jalan. Sebuah bangsa harus memiliki negara,” kata dia menambahkan.