Renew Party dan skema menjegal Brexit 

Kesuksesan Macron dan En Marche! menginspirasi sekelompok anak muda Inggris mendirikan Partai Renew untuk menjegal eksekusi Brexit.

Sandra Khadhouri, bersama rekan anggota Renew, James Clarke dan James Torrence, berbicara kepada media saat peluncuran partai mereka di London, Inggris, 19 Februari 2018/Reuters

April 2016, mantan bankir Perancis Emmanuel Macron mendirikan En Marche! di kota kelahirannya, Amiens. Tidak hanya menjadi gerakan pembaharu, En Marche! juga merupakan partai politik independen beraliran sosialis-liberalis yang menjadi kendaraan politik Macron menuju kursi kepresidenan. 

Berselang empat bulan, Macron kembali tampil ke publik. Kali ini, ia membawa kabar pengunduran diri dari posisi menteri perekonomian di kabinet. Macron juga mendeklarasikan pencalonan dirinya sebagai Presiden Perancis dari jalur independen pada 16 November 2016.

Si anak bawang hanya memakai waktu persiapan kurang dari setahun untuk maju sebagai calon presiden Negeri Mode itu. Meski begitu, Macron mampu menunjukkan taringnya melawan figur-figur papan atas politik Perancis seperti Francois Fillon, Jean-Luc Melenchon dan Marine Le Pen. Tidak hanya melenggang ke putaran kedua, Macron menang telak dari Le Pen dengan rasio suara sekira 66% berbanding 34%.

Berusia baru 39 tahun saat terpilih, Macron pun ditahbiskan sebagai presiden termuda sepanjang sejarah Perancis, mengalahkan Jenderal Besar Napoleon Bonaparte. Sang prodigi resmi menggantikan mentornya, Francois Hollande, pada 14 Mei 2017.   

Tetapi, ini bukan kisah tentang Macron.