Gubernur BI klaim RI lebih konkret lakukan diversifikasi mata uang nondolar daripada BRICS

Hingga Februari 2023, transaksi LCT tercatat mencapai US$975 juta atau rerata US$480 juta.

Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengklaim RI lebih konkret melakukan diversifikasi mata uang nondolar daripada BRICS. Dokumentasi BI

Negara-negara blok BRICS, yaitu Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, berencana melakukan dedolarisasi atau meninggalkan dolar Amerika Serikat (AS) dan diganti dengan mata uang lokal. Namun, gagasan itu diklaim tidak sekonkret Indonesia.

"Kami tidak mendengar itu. Mungkin yang dimaksud adalah melakukan diferensiasi penggunaan mata uang. Tapi, yang kami dengar memang negara-negara BRICS semakin menggunakan diversifikasi penggunaan uang ke arah nondolar," ujar Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG), Selasa (18/4).

Jika yang dimaksud diversifikasi mata uang, menurut Perry, Indonesia telah melakukannya dalam bentuk local currency transaction (LCT) atau memakai mata uang lokal untuk penyelesaian transaksi perdagangan dan investasi. Bahkan, beberapa negara di ASEAN, seperti Thailand, Malaysia, Singapura, dan Filipina, telah melakukan kerja sama transaksi pembayaran lintas negara sejak November 2022.

"Ini, kan, diversifikasi penggunaan mata uang lokal daripada penggunanmata uang dolar," ucapnya. Kerja sama kelima negara di ASEAN itu mencakup kode QR, fast payment, data, RTGS, dan transaksi mata uang lokal.

Bagi Perry, hal tersebut membuktikan bahwa RI bersama keempat negara ASEAN lainnya lebih konkret daripada BRICS. Bahkan, negara non-Asia Tenggara lainnya akan dan sudah terlibat, semisal Jepang dan bakal disusul Korea pada Mei mendatang.