Ribuan warga Sri Lanka demo desak keluarga Presiden Rajapaksa mundur dari politik nasional

Rajapaksa dinilai tidak kompeten dan tidak mampu mengambil keputusan yang tepat. Di bawah kepemimpinannya di Sri Lanka.

Presiden Gotabaya Rajapaksa. Foto Istimewa

Ribuan warga Sri Lanka turun ke jalan menuntut pengunduran diri Presiden Gotabaya Rajapaksa karena dinilai tidak mampu mengatasi krisis ekonomi di negara tersebut. Pengunjuk rasa berkumpul di Ibu Kota Kolombo untuk menyuarakan aspirasi bahwa presiden maupun anggota keluarganya tidak bisa lagi dipercaya untuk mengeluarkan Sri Lanka dari krisis ekonomi yang semakin parah.

Melansir Aljazeera, Minggu (10/4), banyak orang berkumpul sejak Sabtu (9/4) di tepi pantai Kolombo. Sebagian besar dari mereka baru pertama kali berunjuk rasa dan terdiri dari pelajar, guru, pengacara, aktor, serta arsitek.

Orang-orang itu melambaikan bendera Sri Lanka dan mengangkat plakat tulisan tangan dalam bahasa Sinhala dan Inggris yang membawa pesan seperti tidak ada lagi politisi korup dan selamatkan Sri Lanka dari keluarga Rajapaksa. "Ini adalah momen untuk melakukan sesuatu atau kita mati," kata Buddhi Karunatne, pria 29 tahun yang bekerja di bidang periklanan.

Untuk pertama kalinya, orang-orang dari beragam latar belakang politik dan sosial berkumpul dengan satu tuntutan yang tidak dapat dinegosiasikan. Mereka mendesak presiden menyerahkan kekuasaan kepada pihak-pihak yang mampu mengeluarkan negara dari krisis ekonomi.

Rajapaksa, 72, memenangi jabatan kepresidenan pada 2019 silam. Partainya kemudian mengamankan mayoritas dua pertiga kursi di parlemen kurang dari setahun kemudian. Kemenangan itu memungkinkan Rajapaksa untuk menunjuk saudaranya Mahinda Rajapaksa sebagai perdana menteri dan mengubah konstitusi untuk memperkuat kekuasaan presiden. Dia juga kemudian menyerahkan tiga anggota keluarga Rajapaksa lainnya posisi kunci dalam kabinetnya, yakni di bidang keuangan, pertanian dan olahraga.