Suku bunga The Fed naik akan picu resesi, anggota dewan gubernur The Fed: Kekhawatiran yang ‘sedikit berlebihan’

Kohn, juga mendesak untuk berhati-hati begitu suku bunga cukup tinggi, untuk mulai memperlambat inflasi.

Tangkapan layar - Christopher J Waller, selaku anggota dewan gubernur The Federal Reserve menyampaikan keynote speechnya dalam Society for Computational Economics 2022 and Finance Conference dengan tema Panel Discussion : Monetary Policy at a Crossroads di Dallas, AS, Sabtu (18/6) waktu setempat. (Alinea.id/Erlinda PW)

Salah satu anggota dewan gubernur Federal Reserve (The Fed), Christopher Waller pada Sabtu (18/6) waktu setempat menjadi gubernur bank sentral AS terbaru yang menjanjikan pendekatan apapun bisa dilakukan jika diperlukan dalam rangka memerangi inflasi. Pernyataan ini datang tepat tiga hari setelah The Fed resmi menaikkan suku bunga acuannya sebesar 75 basis poin (bps) pada Rabu (15/6) lalu waktu setempat, dan mengisyaratkan akan alami kenaikan lagi ke depannya.

“Jika data yang masuk sesuai dengan apa yang saya harapkan, saya akan mendukung langkah serupa pada pertemuan kami di Juli mendatang,” kata Waller dalam pidatonya di konferensi Society for Computational Economics di Dallas, Sabtu (18/6).

Lonjakan inflasi yang menyebabkan inflasi AS saat ini berada pada level tertinggi selama 40 tahun belakangan ini, telah menciptakan hawks di hampir seluruh pembuat kebijakan Fed. Pembuat kebijakan saat ini mengharapkan untuk menaikkan suku bunga acuan The Fed yang saat ini di kisaran 1,5% hingga 1,75%, menjadi setidaknya 3,4% dalam enam bulan ke depan. Padahal setahun yang lalu, mayoritas pembuat kebijakan berpikir bahwa tingkat suku bunga harus tetap mendekati nol hingga tahun 2023.

The Fed menyebut, kenaikan suku bunga ini jadi perjuangan melawan inflasi “tanpa syarat”, dan Presiden Fed Atlanta, Raphael Bostic menyatakan bahwa The Fed akan melakukan apapun yang diperlukan demi membawa inflasi kembali turun ke target bank sentral yaitu di level 2%.

Inflasi saat ini yang diukur berdasarkan Index Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE), berjalan tiga kali lipat pada level tersebut yakni 8,6%.