sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Suku bunga The Fed naik akan picu resesi, anggota dewan gubernur The Fed: Kekhawatiran yang ‘sedikit berlebihan’

Kohn, juga mendesak untuk berhati-hati begitu suku bunga cukup tinggi, untuk mulai memperlambat inflasi.

Erlinda Puspita Wardani
Erlinda Puspita Wardani Minggu, 19 Jun 2022 19:39 WIB
Suku bunga The Fed naik akan picu resesi, anggota dewan gubernur The Fed:  Kekhawatiran yang ‘sedikit berlebihan’

Salah satu anggota dewan gubernur Federal Reserve (The Fed), Christopher Waller pada Sabtu (18/6) waktu setempat menjadi gubernur bank sentral AS terbaru yang menjanjikan pendekatan apapun bisa dilakukan jika diperlukan dalam rangka memerangi inflasi. Pernyataan ini datang tepat tiga hari setelah The Fed resmi menaikkan suku bunga acuannya sebesar 75 basis poin (bps) pada Rabu (15/6) lalu waktu setempat, dan mengisyaratkan akan alami kenaikan lagi ke depannya.

“Jika data yang masuk sesuai dengan apa yang saya harapkan, saya akan mendukung langkah serupa pada pertemuan kami di Juli mendatang,” kata Waller dalam pidatonya di konferensi Society for Computational Economics di Dallas, Sabtu (18/6).

Lonjakan inflasi yang menyebabkan inflasi AS saat ini berada pada level tertinggi selama 40 tahun belakangan ini, telah menciptakan hawks di hampir seluruh pembuat kebijakan Fed. Pembuat kebijakan saat ini mengharapkan untuk menaikkan suku bunga acuan The Fed yang saat ini di kisaran 1,5% hingga 1,75%, menjadi setidaknya 3,4% dalam enam bulan ke depan. Padahal setahun yang lalu, mayoritas pembuat kebijakan berpikir bahwa tingkat suku bunga harus tetap mendekati nol hingga tahun 2023.

The Fed menyebut, kenaikan suku bunga ini jadi perjuangan melawan inflasi “tanpa syarat”, dan Presiden Fed Atlanta, Raphael Bostic menyatakan bahwa The Fed akan melakukan apapun yang diperlukan demi membawa inflasi kembali turun ke target bank sentral yaitu di level 2%.

Inflasi saat ini yang diukur berdasarkan Index Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE), berjalan tiga kali lipat pada level tersebut yakni 8,6%.

Waller menambahkan bahwa menaikkan suku bunga dengan cepat ke level netral dan zona terbatas diperlukan untuk memperlambat dan mengendalikan inflasi. Pengetatan moneter semacam ini mungkin akan mendorong angka pengangguran, yang saat ini berada di 3,6% menjadi di antara 4% hingga 4,25%, atau bisa saja lebih tinggi.

“Tapi tujuan saya hanya untuk memperlambat ekonomi. Meningkatnya kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga The Fed akan menyebabkan resesi, ‘sedikit berlebihan’,” imbuh Waller.

Menurut Waller, The Fed juga memiliki batasan seberapa cepat untuk bergerak. Pasar bisa saja mengalami “serangan jantung” jika bank sentral menaikkan suku bunga dengan persentase penuh dalam satu langkah.

Sponsored

Pada kesempatan yang sama, mantan wakil ketua Fed, Donald Kohn menyalahkan bahwa inflasi yang tinggi sebagian pada keputusan menunda pengetatan kebijakan, yang ia telusuri pada kerangka kerja yang diadopsi bank sentral AS pada tahun 2020. Saat itu kerangka kerja mengesampingkan kenaikan suku bunga untuk mencegah inflasi yang dipicu oleh penurunan pengangguran.

Kohn, juga mendesak untuk berhati-hati begitu suku bunga cukup tinggi, untuk mulai memperlambat inflasi. Ia juga memperingatkan bahwa Fed berisiko melampaui tujuannya.

"Dibutuhkan penilaian dan kepercayaan diri untuk mengetahui kapan harus mundur," pungkas Kohn.

Sumber: Reuters

Berita Lainnya
×
tekid