The Big Quit: Saat satu di antara empat pekerja AS memutuskan resign

Fenomena ini dianggap normal apabila ada 11 persen karyawan dalam perusahaan mencari pekerjaan baru tiap tahun.

ilustrasi. foto Pixabay

Pekerja-pekerja di sektor manufaktur, konstruksi, dan logistik di Amerika Serikat memilih untuk resign dan mencari pekerjaan baru setelah vaksinasi nasional. Fenomena ini disebut The Big Quit atau Great Resignation, saat satu dari empat pekerja di Amerika Serikat memilih untuk resign dan mencari pekerjaan baru.

The Guardian menuliskan The Big Quit merupakan dampak kelelahan pekerja akibat pandemi Covid-19. Lembaga Kajian Rekrutmen Pekerja, Randstad UK, dalam surveinya menemukan bahwa dari 6.000 pekerja, ada 69 persen di antaranya berminat berganti pekerjaan dalam beberapa bulan ke depan. Sebanyak 24 persen di antaranya sudah menginginkan perubahan dalam 3-6 bulan.

Namun lembaga itu menyebutkan fenomena ini dianggap normal apabila ada 11 persen karyawan dalam perusahaan mencari pekerjaan baru tiap tahunnya. Di sisi lain, keadaan ini justru menjadi sinyal buruk bagi kelas pekerja karena berimplikasi pada penyesuaian keuangan mereka.  

CEO Randstad UK, Victoria Short, mengatakan beberapa pekerja yang terlibat dalam The Big Quit adalah mereka yang memiliki pekerjaan namun tidak membuat bahagia. “Faktor lainnya adalah burnout. Lagipula pandemi mengubah bagaimana orang-orang berpikir tentang kehidupan, pekerjaan, dan menyeimbangkan keduanya. Itu semua membuat orang-orang berpikir ulang soal kehidupan. Covid-19 menyadarkan mereka bahwa hidup terlalu pendek,” ungkap Short.

Pekerja di bidang konstruksi, teknologi, dan logistik sejauh ini menjadi kelompok yang berkeinginan mendapatkan kesempatan baru dalam mencari pekerjaan. Hal serupa juga dialami pekerja di sektor manufaktur. Faktor yang paling menentukan untuk berpindah pekerjaan adalah adanya fleksibilitas waktu dalam bekerja.