WHO desak China rilis lebih banyak informasi, setelah 60.000 kematian Covid-19

Komisi Kesehatan Nasional mengatakan hanya kematian di rumah sakit yang dihitung.

Seorang wanita dan anak-anak bermasker di Stasiun Kereta Api Barat di Beijing. Foto AP-Andy Wong

Organisasi Kesehatan Dunia mendesak China untuk terus merilis data COVID-19 setelah Beijing pada Sabtu (14/1) melaporkan hampir 60.000 kematian terkait virus corona sejak 8 Desember.

Pengumuman Beijing menjadi angka kematian resmi pertama sejak Partai Komunis yang berkuasa tiba-tiba mencabut pembatasan antivirus pada Desember kendati terjadi lonjakan infeksi yang membanjiri rumah sakit. Itu membuat WHO dan pemerintah lain meminta informasi, sementara Amerika Serikat, Korea Selatan, dan negara lain memberlakukan kontrol pada pendatang China.

Sebelumnya Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China hanya melaporkan 36 kematian dari 7 Desember dan 8 Januari, menurut Washington Post.

Dalam angka kematian yang direvisi, Beijing mengatakan 5.503 orang meninggal karena gagal napas yang disebabkan oleh COVID-19 dan 54.435 kematian akibat kanker, penyakit jantung, dan penyakit lain yang dikombinasikan dengan COVID-19 antara 8 Desember dan 12 Januari.

Angka terbaru menandai peningkatan yang signifikan dari total kematian yang sangat rendah sebelumnya yaitu 10.775 sejak penyakit ini pertama kali ditemukan di Wuhan pada 2019.