sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Kapal perang China miliki akses ‘eksklusif’ di pelabuhan Kamboja

Washington telah menyampaikan kekhawatirannya mengenai transparansi tujuan pelabuhan tersebut dan peran militer China.

Arpan Rachman
Arpan Rachman Sabtu, 20 Apr 2024 13:32 WIB
Kapal perang China miliki akses ‘eksklusif’ di pelabuhan Kamboja

Kamboja tampaknya telah memberi Angkatan Laut China akses yang lebih luas dan eksklusif ke pangkalan angkatan lautnya di Ream. Kendati klaim resmi menyebutan bahwa mereka tiba hanya untuk tujuan pelatihan, kata sebuah lembaga pemikir Amerika Serikat.

Radio Free Asia pertama kali melaporkan kedatangan dua korvet China pada Desember lalu, kapal perang asing pertama yang diizinkan berlabuh di dermaga baru buatan China di Ream, provinsi Sihanoukville.

Pertanyaan baru telah muncul mengenai kehadiran militer China di pangkalan angkatan laut Kamboja. Sebuah wadah pemikir AS melaporkan pada hari Kamis (18/4) bahwa dua kapal angkatan laut China telah menghabiskan lebih dari empat bulan di pelabuhan tersebut.

Menurut analisis citra satelit yang dilakukan oleh Asia Maritime Transparency Initiative (AMTI) di Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS), dua korvet China “hadir konsisten” di pangkalan angkatan laut Ream yang didanai China di Kamboja selatan sejak tanggal 3 Desember.

Kedua kapal Angkatan Laut PLA – satu-satunya armada yang mengunjungi dermaga tersebut sejak mulai beroperasi – 93 persen berlabuh di fasilitas tersebut sejak mereka pertama kali tiba di pelabuhan, atau 85 dari 91 hari, menurut kepada AMTI, yang mengutip data dari citra satelit.

Dermaga tersebut hanya kosong selama dua periode singkat yaitu 15-18 Januari dan 29-30 Maret, kata laporan itu.

“Citra satelit juga menunjukkan tidak ada kapal lain, termasuk kapal Kamboja, yang berlabuh di dermaga baru, yang selesai tahun lalu untuk memungkinkan kapal perang yang lebih besar berlabuh di perairan dangkal Ream,” kata laporan AMTI dikutip South China Morning Post.

“Meskipun pernyataan sebelumnya dari perdana menteri saat itu Hun Sen telah mengklaim bahwa peningkatan fasilitas pangkalan itu akan terbuka untuk kunjungan semua angkatan laut. Kapal-kapal Kamboja di Ream terus berkumpul di dermaga pangkalan yang lebih tua dan lebih kecil di selatan.”

Sponsored

Dua kapal perusak Jepang yang singgah di pelabuhan pada bulan Februari juga diarahkan ke Pelabuhan Otonomi Sihanoukville, barat laut Ream, tambah AMTI.

Laporan tersebut mengatakan bahwa akses “yang diperluas dan eksklusif” bagi AL China ke dermaga tersebut terjadi setelah bertahun-tahun kekhawatiran atas rumor perjanjian rahasia antara Beijing dan Phnom Penh untuk mengizinkan kehadiran militer China secara permanen di Ream.

Phnom Penh telah membantah dugaan perjanjian rahasia tersebut, dan Hun Sen mengatakan tuduhan tersebut merupakan bagian dari “kampanye untuk memfitnah Kamboja oleh agen asing dan politisi”.

Perombakan pangkalan angkatan laut Ream yang dibiayai China dimulai pada tahun 2022 dengan pembangunan dermaga dan dok kering di ujung selatan pangkalan. Sementara fasilitas yang baru-baru ini dibangun oleh AS dan Australia dihancurkan.

Bulan Desember, dua kapal AL China, salah satunya telah diidentifikasi sebagai korvet Tipe 056A China “Wenshan”, berlayar ke pangkalan angkatan laut yang ditingkatkan untuk mengambil bagian dalam latihan bersama dengan militer Kamboja, dalam apa yang diyakini sebagai latihan bersama. Sekaligus kunjungan pertama angkatan laut asing ke dermaga baru di pangkalan.

Kapal lainnya tidak diidentifikasi dalam laporan tersebut.

Dalam sebuah postingan di Facebook pada bulan Desember, Jenderal Tea Seiha, wakil perdana menteri dan menteri pertahanan Kamboja, mengatakan para pejabat militer dan diplomatik dari Kamboja dan China telah mengunjungi sebuah kapal yang berlabuh “di pelabuhan Ream untuk mempersiapkan pelatihan dengan kapten angkatan laut Kamboja kami dan memeriksa konstruksi infrastruktur”.

Washington telah menyampaikan kekhawatirannya mengenai transparansi tujuan pelabuhan tersebut dan peran militer China, isu yang diungkapkan oleh Daniel Kritenbrink, asisten Menteri Luar Negeri AS, selama kunjungannya ke Phnom Penh pada bulan Februari.(rfa,scmp)

Berita Lainnya
×
tekid