A Quiet Place: Sebuah teror dari kesunyian

Keluarga di pinggiran desa New York. Teror kematian. Sunyi. Kurang lebih itulah yang dikisahkan “A Quiet Place”, film ketiga John Krasinski.

Film

Saya belum pernah membayangkan film horor produksi Hollywood bisa dikemas tanpa suara sama sekali. Pada 1922, saat belantara sinema masih stagnan dalam teknologi bisu, film vampir FW Murnau Nosferatu: “A Symphony of Horror” ditayangkan dengan orkestra mencekam ala Hans Erdmann. Penggunaan suara dan musik untuk membangkitkan ketakutan lantas direpetisi di film-film horor berikutnya, “Psycho (1960), “Halloween” (1978), “Zombie Flesh Eaters” (1979), dan “The Beyond” (1981).

Bahkan saat teknologi scoring film sudah jauh berkembang. Termasuk saat synthesizer ditemukan pada 1970-an dan ’80-an, musik tetap dijadikan modal untuk mencincang adrenalin penonton. Hampir seluruh film horor Amerika, alih-alih menonjolkan karakterisasi hantu dan alien antagonis, justru sibuk mengolah dentuman musik dan efek suara mengerikan. Menurut manajer label Death Waltz Spencer Hickman, dilansir BBC, musik memang selalu membantu film horor membangun suasana hati, ketegangan, dan suasana.

Namun cara ini tak dilakukan Krasinski dalam “A Quiet Place”, yang rilis awal April ini. Itu justru hadir dengan dialog super minim dan tanpa ambiens musik mencekam. Hening. Namun dari situlah kengerian diciptakan.

Terinspirasi dari film summer blockbuster “Jaws” (1975) karya Steven Spielberg, “A Quiet Place” tanpa basa-basi, tanpa eksposisi latar, dibuka lewat tragedi. Mirip seperti “Annabelle” (2017) yang saat durasi film belum berumur lama, langsung menyuguhkan tragedi matinya anak kecil karena dihantam mobil. Demikian dengan film yang langsung lompat ke hari ke-89 pasca serangan monster misterius.

Hari di mana pasangan suami istri Lee (John Krasinski) dan Evelyn (Emily Blunt) beserta ketiga anak mereka, si sulung yang tuna rungu Regan (Millicent Simmonds), Marcus (Noah Jupe), dan anak bungsu Beau (Cade Woodward), menyadari betapa teror sang monster tidak main-main. Beau yang tak tahan dengan kesunyian khas kanak-kanak, mati diterkam monster asing yang entah datang dari mana itu. Penyesalan, kesedihan, dan ketakutan setelah kematian Beau, terus berlanjut menyelimuti film ini hingga akhir.