Biasanya, pewarna makanan dibuat dari minyak bumi.
Es dengan warna-warna cerah banyak dijajakan di pinggir jalan selama bulan Ramadan. Warna-warni dari minuman itu tentu memberikan kesan segar bagi siapa pun yang melihatnya.
Siasat menambahkan warna pada minuman, juga makanan, memang membuatnya tampak jauh lebih menarik. Taktik ini sudah ada dalam industri kuliner selama beberapa dekade. Namun, tak semua pewarna buatan itu aman.
Misalnya, beberapa waktu lalu, Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Jakarta menemukan penggunaan pewarna sintetis pada bazar takjil Ramadan di Bendungan Hilir, Jakarta Pusat.
“Dari 25 sampel yang kami uji, ada satu makanan mengandung pewarna sintetis,” ujar Kepala BBPOM Jakarta Sofiyani Chanrawati Anwar, Senin (10/3), seperti dikutip dari Antara.
Healthline menyebut, saat ini pewarna makanan dibuat dari minyak bumi. Pewarna buatan biasanya terbuat pula dari beta karoten dan ekstrak bit karena menghasilkan warna yang lebih cerah dibandingkan pewarna alami.