Cara jadi pengusaha muda era digital

Ada sejumlah perbedaan membangun bisnis secara digital dengan cara konvensional.

Ilustrasi. Pixabay

Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi memandang, kemajuan teknologi digital telah menghadirkan tantangan untuk memanfaatkan peluang baru. Padahal, besarnya pasar yang kini menjadi peluang baru bisa dijangkau dengan teknologi digital yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan bisnis. Namun, kecakapan digital dan pengetahuan dasar kewirausahaan sangat dibutuhkan.

Terkait hal itu, Chief Marketing Officer PT Cipta Manusia Indonesia Annisa Choiriya mengatakan, ada sejumlah perbedaan membangun bisnis secara digital dengan cara konvensional. Namun, hal mendasar sebelum memulai bisnis adalah memiliki pemahaman tentang produk yang hendak dipasarkan, memahami dinamika pasar dan selera konsumen, serta kemampuan untuk pengembangan sumber daya manusia, pengelolaan keuangan, dan pemasaran.

“Kenapa harus digital? Berdasar data Bank Indonesia, jumlah konsumen yang bertransaksi secara digital melejit hingga mencapai 22 juta orang pada 2022 karena dipengaruhi oleh pandemi Covid-19 selama tiga tahun terakhir,” katanya dalam keterangan, Minggu (16/10).

Annisa menguraikan strategi untuk memenangkan persaingan di era digital sekarang ini. Pertama adalah mengenali produk diri sendiri sebelum dikenalkan ke audiens. Lalu, harus bisa membedakan fitur dan manfaat yang ada dalam produk tersebut. Strategi lainnya adalah harus bisa menemukan produk kita dari produk sejenis milik kompetitor.

“Kita juga bisa membuat promosi produk di media sosial. Beberapa syaratnya adalah, dalam pembuatan konten promosi, harus edukatif yang memuat tips dan trik, inspiratif, menghibur, dan disampaikan secara bertutur,” ujarnya.